Sesungguhnya
cukup bagi kita untuk mengajari anak-anak kebaikan-kebaikan yang mereka
butuhkan. Seperti, •membaca al-Qur'an, hafalan surat-surat pendek atau
ayat-ayat pilihan, hafalan hadits, adab-adab, doa dan dzikir sehari-hari dan
lain sebagainya.
Demikian juga
kita boleh mengajarkan permainan yang mendidik dan bermanfaat untuk hiburan
sebagai selingan dari kejenuhan.
Adapun
menyibukkan anak-anak dengan sesuatu yang TIDAK BERMANFAAT BAGI MEREKA DI DUNIA
DAN DI AKHIRAT, apalagi dengan syubhat dan maksiat, sepantasnya tidak
dilakukan. Seperti mengajari dan menyibukkan anak-anak dengan macam-macam tepuk
tangan, atau NYANYIAN
Terlebih
lagi, tepuk tangan itu termasuk kebiasaan dan cara ibadah orang-orang musyrik,
sebagaimana firman Allah ta’ala :
وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ
عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا
كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ -35
Shalat mereka
(orang-orang musyrik) di sekitar Baitullah itu, tidak lain
hanyalah
siulan dan tepukantangan. Maka rasakanlah adzab disebabkan kekafiranmu itu.
(Qs. alAnfal 8:35)
Imam Ibnu Abi
Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu beliau
mengatakan, "Dahulu suku Quraisy mengelilingi (thawaf) Ka'bah dengan
telanjang sambil bersiul dan bertepuk tangan.
Mujahid
berkata, "Mereka melakukannya hanyalah untuk mengacaukan shalat Nabi
Sallallahu 'alaihi wasallam’’
Sedangkan
az-Zuhri mengatakan, bahwa mereka melakukannya untuk mengejek orang-orang yang
beriman. (Lihat Tafsfr Ibnu Katsfr)
syaikh
Muhammad bin Jamil Zainu menyeru kepada para guru ;
"Waspadailah
bersiul dan bertepuk tangan, karena itu menyerupai para wanita, orang-orang
fasik dan orang-orang musyrik. jika ada suatu yang menakjubkanmu maka
ucapkanlah 'Maa sya`a Allaahu' atau 'Subhaanallaahu"'. (Nida' ilaa
Murabbiyyin wal Murabbiyyat )