KENALI TANDA-TANDA AHLI BID’AH

Minggu, 02 Desember 2012


Ahli Bid'ah dan Ahli Ahwa' memiliki tanda-tanda yang dengannya mereka dapat dikenali. Di antaranya adalah:

 A. MENCELA AHLUL ATSAR (AHLU SUNNAH]

 Abu Hatim ar-Raazi berkata, "Tanda ahli bid'ah adalah mencela Ahlul Atsar." [Lihat Aqidah Abi Hatim ar-Raazi, hal. 69]

 B. SANGAT MEMUSUHI AHLI HADITS DAN BERDIAM DIRI DARI ORANG-ORANG SESAT DAN BATHIL

 Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda menjelaskan sifat mereka:
 يَقْتُلُونَ أَهْلَ الإِسْلاَمِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ الأَوْثَانِ
 "Mereka (khowarij-pent) membunuhi orang-orang muslim dan mem¬biarkan (hidup) para penyembah berhala." [HR. Al-Bukhari (13/416) dalam Fat-hul Baari dan Muslim (ha¬dits: 1064]
 Abu Utsman ash-Shabuni (wafat pada tahun 449 H) berkata, "Dan tanda bid'ah dan ahli bid'ah itu nampak dengan jelas. Tanda-tandanya yang paling jelas adalah sangat memusuhi dan menghinakan para pembawa akhbar (hadits-hadits) Nabi shollallohu 'alaihi wasallam dan menyebut mereka sebagai orang-orang hina, bodoh, zhahiriyah (orang yang mema¬hami dalil-dalil syar'i secara tekstual) dan musyabbihah (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Mereka meyakini bahwa hadits-hadits Nabi shollallohu 'alaihi wasallam jauh dari ilmu, dan ilmu itu adalah apa-apa yang dilontarkan syaithan kepada mereka seperti hasil akal pikiran mereka yang rusak, bisikan-bisikan hati mereka yang jahat dan gelap, hal-hal yang terlintas dalam hati mereka yang kosong dari kebaikan dan hujjah-hujjah mereka yang tidak berguna. Mereka adalah orang-orang yang dilaknat oleh Allah ta'ala " [Lihat AqidahAsh-haabil Hadits, hal. 102]
 Al-Hakim meriwayatkan dengan isnad yang shahih dari Ahmad bin Sinan al-Qaththan, ia berkata, "Di dunia ini tiada seorang pelaku bid'ah melainkan ia membenci Ahlul Hadits. Apabila seseorang berbuat bid'ah maka rasa manisnya hadits telah dicabut dari dalam hatinya." [Aqi-dahAsh-haabil Hadits, hal. 103]

 Abu Nashr al-Faqih berkata, "Tiada sesuatu yang lebih berat dan lebih dibenci oleh orang-orang yang mulhid (berpaling dari agama Allah ta'ala) daripada mendengarkan hadits dan meriwayatkannya dengan sanadnya." [Aqidah Ash-haabil Hadits, hal. 104]
 Abu Utsman ash-Shabuni juga mengatakan, "Aku melihat ahli bid'ah dalam memberikan laqab (julukan) nama-nama ini terhadap Ahli Sunnah mengikuti jejak kaum musyrikin dalam bersikap terhadap Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam. Mereka terbagi-bagi dalam menamai Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam, ada di antara mereka yang menjulukinya sebagai tukang sihir, dukun, penyair, orang gila, orang yang terfitnah dan ada pula yang menamainya sebagai pendusta. Sedangkan Nabi shollallohu 'alaihi wasallam sendiri jauh dan berlepas diri dari aib-aib tersebut. Beliau shollallohu 'alaihi wasallam tiada lain hanyalah seorang Rasul dan Nabi yang terpilih. Allah m berfirman:
 انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الْأَمْثَالَ فَضَلُّوا فَلَا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلًا 48
 "Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu, karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar)." (QS. Al-Israa': 48)

 Demikian pula ahli bid'ah —semoga Allah menghinakan mereka— mereka terbagi-bagi dalam memberikan julukan terhadap para pembawa berita-berita dan atsar-atsar Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam dan para perawi hadits nabi yang senantiasa mengikutinya dan berpetunjuk dengan sunnahnya. Maka di antara mereka (ahli bid'ah) ada yang menamai Ahlis Sunnah dengan nama hasyawiyah (orang hina/pinggiran) dan ada pula yang menamainya dengan musyabbihah (golongan yang menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk-Nya). Sementara Ahli Hadits senantiasa terjaga, berlepas diri dan suci dari aib-aib tersebut. Mereka tiada lain adalah Ahli Sunnah yang terang benderang, orang-orang yang riwayat hidupnya diridhai, jalannya lurus dan hujjah-hujjahnya kuat. Allah subhanahu wata'ala telah memberikan taufiq-Nya kepada mereka untuk senantiasa mengikuti Kitab-Nya, wahyu-Nya dan perintah-Nya, dan agar senantiasa berqudwah (mengikut) kepada Rasul-Nya di dalam hadits-haditsnya. Dan Allah subhanahu wata'ala juga telah menolong mereka dalam berpegang teguh dengan sirah Nabi-Nya dan komitmen dengan Sunnahnya. Dia telah melapangkan dada-dada mereka untuk mencintai para imam syari'atnya dan para ulama umatnya. Barangsiapa mencintai suatu kaum, maka ia (dibangkitkan) bersama mereka pada hari kiamat..." Secara ringkas demikian. (Aqi-dahAsh-haabil Hadits, hal. 105)

 C. MEMINTA TOLONG KEPADA PARA PEMIMPIN DAN PENGUASA (UNTUK MENGHABISI PARA PENGIKUT KEBENARAN)

 Dikarenakan hujjah dan madzhab ahli bid'ah yang lemah serta tipu daya mereka yang sedikit, maka mereka meminta bantuan para pemimpin dan penguasa di dalam menolong dakwah mereka, karena di dalamnya terdapat suatu macam pemaksaan dan ancaman lantaran rasa takut kepada para pemimpin/penguasa dalam menghukum orang yang enggan taat, baik dengan ancaman penjara, pukulan ataupun pembunuhan. Sebagaimana yang dilaku¬kan oleh Bisyr al-Mirrisi di zaman Khalifah Al-Ma'mun dan Ahmad bin Abi Duad di masa Khalifah Al-Watsiq. Mereka membuat madzhab-madzhab (baru) yang tidak diketahui/ dikenal dalam syari'at untuk umat manusia. Mereka dipaksa mengikuti madzhab-madzhab tersebut secara tunduk maupun terpaksa sehingga penyakit (bid'ah) itu merata pada manusia dan menjadi kokoh dalam waktu yang panjang.
 "Ahli bid'ah apabila dakwahnya tidak berhasil disambut oleh manusia, mereka berusaha bangkit dengan para pemimpin agar lebih memungkinkan untuk diterima. Maka dari itu, banyak orang yang masuk ke dalam dakwah ini karena kebanyakan mereka jiwanya lemah." [Lihat Al-I'tisham karya Imam Asy Syathibi (1/220)]
 Bukanlah suatu hal yang asing bagi kita apa yang telah dicatat oleh sejarah tentang cobaan yang dialami oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan Ahlul Haq seluruhnya pada setiap tempat dan zaman.
 Imam Asy-Syathibi berkata, "Tidakkah kamu lihat ahwal (keadaan-keadaan) ahli bid'ah di zaman tabi'in dan setelahnya? Mereka bercampur dengan para penguasa dan berlindung kepada orang-orang berharta. Sedangkan di antara mereka yang tidak mampu melakukan hal itu maka bersembunyi dengan bid'ahnya dan melarikan diri dari bercampur dengan orang-orang sekitarnya serta melak¬sanakan perbuatan-perbuatannya dengan cara TAQIYYAH (MELINDUNGI DIRI DENGAN KEDUSTAAN – baca; BITHONAH)." Demikian perkata¬annya secara ringkas. [Al-I'tisham (1/167)]

 D. BERSUNGGUH-SUNGGUH DAN BERLEBIH-LEBIHAN DALAM BERIBADAH

 Ahli bid'ah menambah semangatnya dalam beribadah dengan tujuan memperoleh pengagungan, kedudukan, harta, dan selainnya dari syahwat-syahwat dunia, bahkan mereka mengagungkan syahwat dunia. Tidakkah kamu melihat para pendeta di gereja-gereja terputus dari segala macam kelezatan dan tenggelam dalam berbagai macam ibadah serta menahan diri dari syahwat. Kendati demikian, mereka kekal di dalam Neraka Jahannam. Allah m berfir¬man:

 وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ (2) عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ (3) تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً (4

 "Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (Nera¬ka)." (QS. Al-Ghaasyiyah: 2-4)
 Dan firman-Nya pula:

 قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا 104

 "Katakanlah, Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (QS. Al-Kahfi: 103-104)
 Hal itu tiada lain dikarenakan suatu perasaan ringan yang mereka dapatkan dalam beriltizam dengan ibadah dan rasa giat yang merasuk ke dalam diri mereka. Sehingga mereka menganggap mudah sesuatu yang sulit disebabkan hawa nafsu yang merasuk ke dalam jiwa mereka. Maka apabila nampak bagi seorang mubtadi' (pelaku bid'ah) suatu kewajiban dan ia memandangnya sebagai sesuatu yang dicintainya, maka gerangan apakah yang menghalanginya dari berpegang teguh dengannya dan menambah semangat dalam menjalankannya? Sedangkan ia sendiri menganggap bahwa perbuatan-perbuatannya itu lebih utama daripada perbuatan-perbuatan selainnya dan keyakinan-keyakinan¬nya lebih tepat dan lebih tinggi.

 كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ .... 31
 "Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dike¬hendakinya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya." (QS. Al-Muddatstsir: 31)
 Perhatian: Sebagian orang tertipu dengan ahli bid'ah dikarenakan kezuhudan dan kekhusyu'an serta tangisan atau selainnya dari banyaknya ibadah yang mereka lihat pada mereka. Akan tetapi, hal ini bukanlah suatu barometer yang benar dalam mengetahui kebenaran. Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, telah bersabda kepada para sahabatnya, menyebutkan sebagian sifat ahli bid'ah:

 يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلاَتَهُ مَعَ صَلاَتِهِمْ، وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِمْ......

 "Salah seorang di antara kamu merasa hina shalatnya dibanding shalat mereka (ahli bid'ah/Khawarij) dan puasanya dibanding puasa mereka..." HR. Al-Bukhari 4/200

 Telah diriwayatkan dari Al-Auza'i, ia berkata, "Telah sampai kepadaku bahwa barangsiapa yang berbuat bid'ah yang sesat maka syaithan akan menjadikannya cinta beribadah dan meletakkan pada dirinya rasa khusyu' dan menangis agar ia dapat memburunya."

 TANDA-TANDA AHLUS SUNNAH YANG PALING JELAS ADALAH:

 Apa yang dikatakan oleh Abu Utsman ash-Shabuni, "Salah satu tanda-tanda Ahlu Sunnah adalah kecintaan mereka kepada imam-imam, ulama-ulama, para penolong dan pembela sunnah. Dan kebencian mereka kepada imam-imam bid'ah yang menyeru ke dalam api Neraka dan menjerumuskan kawan-kawannya ke dalam tempat kehancuran. Allah m telah menghiasi dan menerangi hati-hati Ahlus Sunnah dengan kecintaan kepada ulama-ulama sunnah sebagai karunia dari-Nya." [Aqidah Ash-haabil Ha-dits, hal. 107]

 Abu Bakar bin 'Ayyasy pernah ditanya, "Wahai Abu Bakar, siapakah Ahlus Sunnah itu?" Ia jawab, "Yaitu orang yang apabila disebutkan hawa nafsu ia tidak marah karena sesuatupun darinya." [Lihat Al-I'tisham (1/114)]