KAIDAH DAN LANDASAN BERPIJAK MANHAJ SALAF

Rabu, 05 Desember 2012


AS-SALAFIYAH adalah sebuah manhaj yang asalnya adalah mengikuti golongan yang awal dari sahabat nabi shollallohu 'alaihi wasallam para tabi'in dan tabi'i tabi'in

 hal ini datang dari hadits rosulullah shollallohu 'alaihi wasallam
 " خيركم قرني ، ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم " رواه البخاري ومسلم

 Sesungguhnya sebaik-baik dari kalian adalah (Ummat) di Zamanku, kemudian yang setelahnya, kemudian setelahnya (lagi), kemudian setelahnya (lagi).

 manhaj salaf memili kaidah-kaidah yang mudah dan jelas (dengan ringkasan dibawah ini):

 1. manakala kita mendapatkan sesuatu yang bertentangan antara firman Allah atau sabda rosul-Nya dengan akal kita, maka kita mendahulukan firman Allah atau sabda rosul-Nya daripada akal dan pikiran kita, kalau sikap ini yang kita ambil maka selamanya naql/ nash yang benar tidak akan bertentangan dengan akal, karena akal selalu tunduk dengan nash. Hal ini memang karena akal memiliki keterbatasan dan kebodohan terhadap perkara-perkara yang tidak diketahuinya atau menjadi subhat baginya.

 Tanbih/peringatan:
 termasuk dalam hal ini tentunya kita tidak mendahulukan perkata'an (atas nama ijtihad) dari seseorang yang mengaku dirinya sebagai imam/ amir.

 2. Dalam mentafsirkan Al-qur'an dan as-sunnah kita wajib kembali kepada tafsir dan pemahaman para sahabat rosulullah shollallohu 'alaihi wasallam terhadap sebuah nash yang dijumpai, karena mereka adalah orang-orang yang bersama rosulullah dan rosulloh ada di tengah-tengah mereka serta rosululloh memberikan penjelasan kepada mereka, tentunya dengan menggunakan bahasa mereka (bahasa arab) yang mereka sangat pahami ( bukan dengan bahasa istilah jawa timuran-)

 Syaikhu islam ibnu taimiyah di dalam kitab majmu al-fatawa menyebutkan;
 مَنْ عَدَلَ عَنْ مَذَاهِبِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَتَفْسِيرِهِمْ إلَى مَا يُخَالِفُ ذَلِكَ كَانَ مُخْطِئًا فِي ذَلِكَ بَلْ مُبْتَدِعًا وَإِنْ كَانَ مُجْتَهِدًا مَغْفُورًا لَهُ خَطَؤُهُ ..... وَنَحْنُ نَعْلَمُ أَنَّ الْقُرْآنَ قَرَأَهُ الصَّحَابَةُ وَالتَّابِعُونَ وَتَابِعُوهُمْ وَأَنَّهُمْ كَانُوا أَعْلَمَ بِتَفْسِيرِهِ وَمَعَانِيهِ كَمَا أَنَّهُمْ أَعْلَمُ بِالْحَقِّ الَّذِي بَعَثَ اللَّهُ بِهِ رَسُولَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَنْ خَالَفَ قَوْلَهُمْ وَفَسَّرَ الْقُرْآنَ بِخِلَافِ تَفْسِيرِهِمْ فَقَدْ أَخْطَأَ فِي الدَّلِيلِ وَالْمَدْلُولِ جَمِيعًا

 Barang siapa yang menyimpang dari madzhab sahabat dan tabi'in dan tafsir mereka dengan menyelisihi mereka, maka ia telah berbuat kesalahan di dalam hal tersebut, bahkan ia adalah pembuat bid'ah, dan bila ia seorang mujtahid maka kesalahannya diampuni ..........Dan kita telah mengetahui bahwa al-qur'an telah di baca oleh para sahabat, tabi'in dan tabi'i attabi'in, dan mereka lebih mengetahui dengan tafsir dan maknanya sebagai mana mereka lebih mengetahui dengan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah 'alaihi wasallam, maka barang siapa yang menyelisihi ucapan mereka dan menafsirkan al-qur'an menyelisihi tafsir mereka maka sungguh telah salah di dalam hal pendalilan dan maknanya secara bersamaan

 Tanbih: oleh karenanya kita jangan mengembalikan tafsir al-qur'an dan as-sunnah kembali kepada manqulnya seorang yang mengaku sebagai amir yang tafsirnya menyelisihi tafsir dan pemahaman para sahabat rodhiallohu 'anhum . walau ia mengaku murni manqul-musnad-muttashil sekalipun.
3. berdalil dengan Al-qur'an dan assunnah Allah berfirman :

وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا (33) سورة الفرقان.

tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil ( dengan hujjah dan subhat mereka untuk membatalkan perkaramu), melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar (untuk menolaknya) dan yang paling baik penjelasannya- (tafsir al-jalalain)

ada yang bertanya: bahwa bukankan semua orang mengaku berdalil dengan al-qur'an dan assunah sehingga khowarij, jamaah jihad mengaku demikian???.

kita katakan: Ya benar tetapi salafiyin menerapkan kaidah didalam masalah ini yakni " berdalil dulu baru berkeyakinan, bukan berkeyakinan dahulu baru berdalil, makanya tersesat"

manfaat kaidah ini adalah pertama kalinya engkau memahami ayat alqur'an dan assunnah sebelum engaku menggunakan ro'yimu di dalam masalah tertentu, kemudian dengan penuh ketundukan engkau mengikuti apa-apa yang diperintahkan di dalam al-qur'an dan assunnah, hal ini bertolak belakang dengan apa yang dikerjakan oleh ahli bid'ah dan ahli kesesatan,dan ahli perpecahan yang menyimpang dimana mereka pertama kali menjadikan ro'yi mereka pada masalah - masalah yang penting baru kemudian mereka mencari dalil-dalil didalam al-qur'an dan assunnah yang dapat mereka jadikan sandaran akan pendapat mereka tersebut meskipun hal itu berselisih dengan apa yang mereka yakini sendiri. inilah perbedaan antara ahli sunnah dan ahli bid'ah

as-syaikh muhammad bin sholeh al-utsaimin ketika menyebutkan kaidah: janganlah engkau berkeyakinan dahulu sebelum berdalil, bahkan berdalillah dahulu baru berkeyakinan" maka demi Allah hal ini telah diperintahkan oleh Allah subhana wata'ala di dalam firmannya:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ (19) سورة محمد

Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.

Allah memerintahkan kita untuk berilmu sebelum berkata, ini adalah manhaj ahli haq ahli sunnah wal jamaah, assalafiyun, yakni mereka tidak berhukum dengan otak mereka tetapi dengan atsar.mereka meniti dalil syar'i, kapan mereka menjumpainya maka mereka langsung mengambilnya, bila mereka tidak menemuinya maka merekapun tidak melewati jalannya manhaj ahli hawa dan bid'ah

dan termasuk diantara kaidah ilmiyah adalah "ittiba'" yakni mengikuti rosulullah shollallohu 'alaihi wasallam dan juga "tazkiyah" yakni bahwa setiap amal kebaikan akan membersihkan jiwa dan kemaksiatan akan merusak jiwa, maksudnya bahwa kemaksiatan akan dapat mengurangi keimanan di dalam jiwa. bahwa keimanan itu akan bertambah sebab ketaatan kepada Allah 'azza wajalla dan akan berkurang sebab perbuatan maksiat