I. HAK-HAK SESAMA MUSLIM YANG WAJIB DIJAGA
Ikhwani fiddin, Sesungguhnya Islam sejak lima belas abad yang lalu sebelum orang-orang dewasa ini selalu menggembar-gemborkan pembelaan terhadap hak asasi manusia ( Universal human right) sudah meletakkan dasar-dasarnya dengan jelas. Rosululloh selaku pembawa risalah Islam ini telah menjaga hak asasi manusia baik sesama muslim maupun dengan orang-orang yang masih mempertahankan aqidah kekafirannya, hak-hak dasar yang dijaga oleh Allah dan Rosululloh diantaranya;
- Hak jiwa/diri
Kaum muslimin maupun ahli dhimmah atau mu'ahad tidak boleh disakiti dengan kedholiman sekecil apapun, apakah itu dipukul, dipenjarakan, apalagi dibunuh, kecuali dengan hukum yang telah dibenarkan secara syar'i
- Hak atas harta benda
Harta benda kaum muslimin maupun ahli dhimmah atau mu'ahad tidak boleh diambil sedikitpun dengan cara kedholiman apapun, baik dengan dicuri, ditipu, dirampok, dirampas dan lain-lain , kecuali dengan hukum yang telah dibenarkan secara syar'i
- Hak atas kehormatan
Kehormatan kaum muslimin maupun ahli dhimmah atau mu'ahad tidak boleh direndahkan, dicaci, diteror, dihinakan, dicela dirinya, keluarganya, keturunannya, suku bangsanya, dan lain-lain, , kecuali dengan hukum yang telah dibenarkan secara syar'i
Inilah prinsip Hak-hak dasar yang dilindungi oleh Islam sejak jaman Rosululloh J hingga hari kiamat, dengan hak-hak dasar inilah yang membuat rasa damai, aman dan tentram di hati sanubari kaum muslimin dan para kafir dzimmi dikota Madinah di bawah kepemimpinan Rosululloh j
Rosululloh J pada saat haji wada' pada hari Arafah menegaskan hal tersebut di hadapan kaum muslimin yang keharamannya semisal dengan keharaman hari Arafah, bulan Zulhijah dan keharaman Makkah, sebagaimana sabdanya;
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ ذَكَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَعَدَ عَلَى بَعِيرِهِ وَأَمْسَكَ إِنْسَانٌ بِخِطَامِهِ أَوْ بِزِمَامِهِ قَالَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا فَسَكَتْنَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ سِوَى اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا فَسَكَتْنَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ فَقَالَ أَلَيْسَ بِذِي الْحِجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ بَيْنَكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا لِيُبَلِّغ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَإِنَّ الشَّاهِدَ عَسَى أَنْ يُبَلِّغَ مَنْ هُوَ أَوْعَى لَهُ مِنْهُ*رواه البخاري كتاب العلم
Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah dari bapaknya, dia menuturkan, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam duduk diatas untanya sementara orang-orang memegangi tali kekang unta tersebut. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Hari apakah ini? '. Kami semua terdiam dan menyangka bahwa Beliau akan menamakan nama lain selain nama hari yang sudah dikenal. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Bukankah hari ini hari Nahar?" Kami menjawab: "Benar". Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kembali bertanya: "Bulan apakah ini? '. Kami semua terdiam dan menyangka bahwa Beliau akan menamakan nama lain selain nama bulan yang sudah dikenal. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Bukankah ini bulan Dzul Hijjah?" Kami menjawab: "Benar". Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian sesama kalian haram (suci) sebagaimana sucinya hari kalian ini, bulan kalian ini dan tanah kalian ini”. (Maka) hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena orang yang hadir semoga dapat menyampaikan kepada orang yang lebih paham darinya". HR. Bukhori Kitab Ilmu
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ ثَائِرَ الرَّأْسِ يُسْمَعُ دَوِيُّ صَوْتِهِ وَلَا يُفْقَهُ مَا يَقُولُ حَتَّى دَنَا فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنْ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لَا إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصِيَامُ رَمَضَانَ قَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُ قَالَ لَا إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ قَالَ وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الزَّكَاةَ قَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لَا إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ قَالَ فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُولُ وَاللَّهِ لَا أَزِيدُ عَلَى هَذَا وَلَا أَنْقُصُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ* رواه البخاري مسلم والنسائى والموطاء
Thalhah bin 'Ubaidullah berkata: Telah datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seorang dari penduduk Najed dalam keadaan kepalanya penuh debu dengan suaranya yang keras terdengar, namun tidak dapat dimengerti apa maksud yang diucapkannya, hingga mendekat (kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) kemudian dia bertanya tentang Islam, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "sholat lima kali dalam sehari semalam". Kata orang itu: "apakah ada lagi selainnya buatku". Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Tidak ada kecuali yang thathawu' (sunnah) ". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Dan puasa Ramadlan". Orang itu bertanya lagi: "Apakah ada lagi selainnya buatku". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Tidak ada kecuali yang thathawu' (sunnah) ". Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebut: "Zakat": Kata orang itu: "apakah ada lagi selainnya buatku". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Tidak ada kecuali yang thathawu' (sunnah) ". Thalhah bin 'Ubaidullah berkata: Lalu orang itu pergi sambil berkata: "Demi Allah, aku tidak akan menambah atau menguranginya". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dia akan beruntung jika jujur menepatinya". HR. Bukhori,Muslim, An-nasai, Muwatho
Syaikh Abdurrohman As-sa'di di dalam kitab Mandhumah Qoa'id al-fiqhiyah menyebutkan kaidah ;
والأصلُ في الأبضاعِِ واللحومِ ... والنفسِ والأموالِ للمعصومِ
تحريمُها حتى يجيءَ الحِلُّ ... فافهَمْ هداك اللهُ ما يُمَلَّ
* منظومة القواعد الفقهية للسعدي
Dan asal di dalam permasalahan jima' (hubungan sex), daging ...jiwa seseorang dan harta-harta bagi orang yang maksum ( dijaga oleh syari'at Islam)
(adalah) Haramnya, sehingga datang dalil halal....
Pahamilah, semoga Allah menunjukkanmu pada apa-apa yang dihalalkan
( Mandhumah Qoa'id al-fiqhiyah )
Pada kesempatan ini kita hanya membahas kaidah penjagaan terhadap harta kaum muslimin, sehingga ulama fikh menyebutkan ;
الأصل في الأموال التحريم
Hukum asal tentang harta adalah haram
Ini adalah kaidah yang langgeng di dalam permasalahan syari'at, maka tidak boleh bagi seseorang untuk mengambil harta orang lain tanpa sebab-sebab yang dibenarkan oleh syari'at.
Dalil-dalilnya, selain hadits-hadits di atas, antara lain;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ * سورة النساء آية : 29
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama -suka di antara kamu.
وَلَا تَعْتَدُوا إِن اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (190) سورة البقرة آية : 190
Janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (188) } سورة البقرة آية : 188.
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.
كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ* رواه المسلم
" Setiap Muslim atas muslim yang lain diharamkan, Darahnya, hartanya dan kehormatannya" * HR. Muslim
قال النبي – صلى الله عليه وسلم – لَا يَحِلُّ مَالُ امْرِئٍ إِلَّا بِطِيبِ نَفْسٍ مِنْهُ* رواه أحمد
Nabi J bersabda; Tidak halal harta seseorang kecuali dengan kelapangan hatinya. HR. Ahmad
Oleh karenanya Seorang Amir yang sah dan berkuasa sekalipun bila ia mau menetapkan kewajiban menarik uang dengan jumlah yang ditentukan atas penghasilan rakyatnya dengan waktu tertentu dan dengan memberikan konsekuensi bagi siapa saja yang tidak mau melaksanakannya, maka dia harus berhadapan dulu dengan sabda kaidah-kaidah di atas.
Lalu apa yang dilakukan oleh seseorang yang mengaku-ngaku imam dengan bai'at yang sembunyi-sembunyi dan bai'at yang murni mencuri ( karena yang berhak dibai'at syar'i adalah imam yang berkuasa ) kemudian dengan atas nama ijtihad ia mewajibkan menarik harta para jama'ahnya, maka ini adalah sebuah kedholiman dengan menipu dan menakut-nakuti jama'ahnya dengan merusak dalil-dalil tentang infaq – shodaqoh dan zakat untuk menguatkan "infaq persenan"
قَالَ النَّبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ* رواه البخاري
Nabi J bersabda; Kedholiman adalah beberapa kegelapan pada hari kiamat .HR. Bukhori