PENARIK INFAQ PERSENAN HAKIKATNYA ADALAH SHOHIBU AL- MAKSI ATAU 'ASSYAR

Kamis, 25 Februari 2010

-->

Definisi-denisi Al-maksu ( upeti / pajak / cukai )
  1. Ak-maksu adalah pengurangan dan kedholiman ( Syarah 'aunu al-ma'bud )
  2. Al-maksu Adalah beberapa uang dirham yang diambil dari pedagang di pasar-pasar pada masa jahilyah (lisanu al-'arob 6/220)
  3. Al-makis ( penarik pajak ) disebut juga Al-'Assyar ( penarik harta 10% ) (lisanu al-'arob 6/220)
  4. Ibnu al-'aroby berkata; " Al-Maksu adalah satu dirham yang diambil oleh penarik zakat setelah tertunaikannya pembayaran zakat". (lisanu al-'arob 6/220)
  5. Al-maksu juga bermakna kurang, yakni berkurangnya harga barang yang dijual
  6. Imam Al-Baihaqi berkata : " Al-maksu adalah "pengurangan" yakni, ketika seorang amil mengurangi haknya ahli zakat, maka ia disebut shohibu al-maksi ( Faidhu al-qodir 6/449 )
  7. Al-maksu adalah Pajak dan 10% yang diambil dengan menyelisihi hukum syari'at ( An-nihayah fi Ghoribu al-hadits )
Definisi Al-maksu secara istilahi tidak keluar dari definisi secara bahasa, bahwa penarikan harta ( Al-maksu ataupun As-syar ) sudah dikenal sejak zaman jahilyah. Di dalam kitab Nihayah fi ghoribi al-hadits wa al-atsar 3/239 disebutkan bahwa di masa Islam kata Al-Assyar juga diperuntukkan bagi para sahabat yang bertugas menarik pajak jiwa bagi kaum Yahudi ataupun Nasroni atau kata Assyar juga digunakan untuk amil zakat ketika mengambil zakat hasil bumi yang disirami air hujan.
Dari aneka ragam ta'rif / definisi Al-maksu di atas kita telah dibimbing oleh seorang ulama ahli hadits Madinah, Syaikh Abdul Muhsin 'Abbad Al-badr sebagai berikut;
وصاحب المكس فسر بأنه الذي يأخذ من سلع الناس ومن الأشياء التي يبيعونها، والمكس هو النقص؛ سمي بذلك لأنه ينقصهم ويأخذ منهم شيئاً لا يجب عليهم، فيكون ذلك مكساً أي: نقصاً في حقهم، وهذا ظلم لهم.
وقيل: إن المقصود من ذلك: أنه يأخذ منهم زيادة على الزكاة، فيأخذ شيئاً غير واجب يختص به الساعي، وهذا ظلم...
والمكس أن يأخذ العامل شيئاً غير الواجب لنفسه أو للدولة، وهذا ظلم وغير سائغ وغير جائز]اهـ. شرح سنن أبي داود ـ شيخ عبد المحسن العباد 16/48
Dan adapun Shohibu al-maksi ( penarik upeti) Syaikh telah menjelaskan, (dikatakan shohibu al-maksi - pent) sebab ia adalah orang yang mengambil sebagian barang dagangan manusia dan sebagian dari barang-barang yang mereka jual, Al-maksu juga disebut An-naqshu ( pengurangan ) dinamakan demikian, dikarenakan ia mengurangi dan mengambil sesuatu yang tidak diwajibkan atas mereka. Kemudian menjadi kata "Maksan" yakni " pengurangan terhadap haq mereka dan ini adalah sebuah penganiayaan kepada mereka. Dan dikatakan, maksudnya adalah bahwa ia ( shohibu al-maksi ) mengambil dari mereka sebagai sebuah tambahan atas zakat, ia mengambil sesuatu di luar kewajiban yang ditentukan oleh petugas zakat, dan ini adalah sebuah kedholiman.....Dan Al-maksu adalah bila seorang 'amil / petugas zakat mengambil sesuatu di luar yang diwajibkan ( zakat ) baik untuk dirinya ataupun untuk kerajaan. Dan ini adalah sebuah kedholiman dan tidak diperkenankan dan lagi tidak diperbolehkan. Syarah Sunan Abi Dawub Syaikh Abdul Muhsin Al-'Abbad 16/48
Apakah Infaq Persenan menempati posisi Al-maksu ( Upeti ) atau 'As-syar ( mengambil 10% harta ) ?
Bagaimana jika seseorang yang mengaku sebagai Amir mewajibkan menarik harta kaum muslimin / jama'ah354 dari setiap penghasilan mereka di luar ketentuan zakat? Dengan rincian ;
  1. menetapkan hukumnya ( wajib infaq persenan)
  2. menetapkan waktunya ( yakni setiap mendapatkan rezeki, dengan penyetoran perbulan )
  3. Menetapkan tata caranya/regulasinya ( yakni mulai dari 2,5%/5%/7,5%/10% dari penghasilan Jama'ahnya )
  4. Membentuk petugas-petugasnya /amil yang dikenal dengan istilah mulai KU Kelompok - KU Desa – KU Daerah sampai dengan KU Pusat
  5. Ia memberikan tarhib/ ancaman bagi mereka yang mangkir dari infaq persenan dengan nash dari al-quran dan sunnah tentang ketidak taatan dan dalil-dalil yang lain berkenaan bab zakat dan Infaq sunnah yang tidak ada satupun dalil qoth'i tentang "infaq persenan"
Dari definisi serta penjelasan Syaikh Abdul Muhsin 'Abbad Al-badr Maka sesungguhnya Pembuat Peraturan Infaq persenan ;
  1. Telah membuat peraturan agama sendiri dengan menyelisihi syai'at
  2. Telah berbuat pengurangan terhadap hak -hak harta jama'ah354
  3. Telah melakukan kedholiman terhadap harta Jama'ah354 yang telah dijaga oleh syari'at
  4. Melanggar atau menentang secara terang benderang atas larangan Rosululloh J
Maka hakikatnya dialah sesungguhnya yang dimaksud sebagai penarik upeti dialah yang disebut shohibu maksi atau 'Assyar yang menempati dalil-dalil ancaman yang dahsyat dari Rasulullah J
NABI J MELARANG MENARIK UPETI DARI HARTA KAUM MUSLIMIN DENGAN TANPA HAK SYAR'I
2631 - عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ أَنَّ وَفْدَ ثَقِيفٍ لَمَّا قَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْزَلَهُمْ الْمَسْجِدَ لِيَكُونَ أَرَقَّ لِقُلُوبِهِمْ فَاشْتَرَطُوا عَلَيْهِ أَنْ لَا يُحْشَرُوا وَلَا يُعْشَرُوا وَلَا يُجَبَّوْا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَكُمْ أَنْ لَا تُحْشَرُوا وَلَا تُعْشَرُوا وَلَا خَيْرَ فِي دِينٍ لَيْسَ فِيهِ رُكُوعٌ * سنن ابي داود- تحقيق الألباني :ضعيف ، الضعيفة ( 4319 )
Dari 'Utsman bin Abu Al 'Ash, bahwa utusan Tsaqif tatkala datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau menempatkannya di Masjid agar hati mereka menjadi lebih lembut , dan mereka mensyaratkan kepada beliau agar tidak diseru untuk berperang, dan tidak diambil sepersepuluh dari harta mereka, dan tidak melakukan sholat. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bagi kalian untuk tidak diseru melakukan perang, tidak diambil sepersepuluh dari harta kalian, dan tidak ada kebaikan dalam agama yang tidak ada ruku'nya." HR. Sunan Abu Dawud ( Tahqiq Al-albany : Dho'if )
574 - عَنْ قَابُوسَ بْنِ أَبِي ظَبْيَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرْسَلًا وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ عَامَّةِ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّ النَّصْرَانِيَّ إِذَا أَسْلَمَ وُضِعَتْ عَنْهُ جِزْيَةُ رَقَبَتِهِ
وَقَوْلُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ عُشُورٌ إِنَّمَا يَعْنِي بِهِ جِزْيَةَ الرَّقَبَةِ وَفِي الْحَدِيثِ مَا يُفَسِّرُ هَذَا حَيْثُ قَالَ إِنَّمَا الْعُشُورُ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى وَلَيْسَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ عُشُورٌ*[1] رواه سنن الترمذي[2]
Dari Qabus bin Abu Dlabyan dari ayahnya dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam secara mursal, namun hadits ini diamalkan oleh kebanyakan ahlul ilmi, bahwa jika seorang Nashrani masuk Islam, maka dia tidak lagi wajib membayar pajak.
Maksud sabda Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam: "Bahwa kaum muslimin tidak terkena kewajiban membayar harta sepersepuluh" yaitu membayar jizyah atas keselamatannya, dan tafsir 'Usyur sesungguhnya terdapat pada redaksi hadits yaitu beliau bersabda: "Kewajiban membayar 'Usyur (seper sepuluh) hanyalah atas Nashrani dan Yahudi dan tidak atas kaum muslimin. HR.At-Tirmidzi- Penelitian Syaikh Al-albany : Hadits Dho'if
DAHSYATNYA ANCAMAN BAGI PENARIK UPETI HARTA KAUM MUSLIMIN
قَالَ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم: تُفْتَحُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ نِصْفَ اللَّيْلِ ، فَيُنَادِي مُنَادٍ : هَلْ مِنْ دَاعٍ فَيُسْتَجَابُ لَهُ ، هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَيُعْطَى ، هَلْ مِنْ مَكْرُوبٍ فَيُفَرَّجُ عَنْهُ ، فَلاَ يَبْقَى مُسْلِمٌ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ إِلاَّ زَانِيَةً تَبْغِي بِفَرْجِهَا ، أَوْ عَشَّارًا* وَرَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ فى الكبير (9/59 ، رقم 8391) . وأخرجه أيضًا : فى الأوسط (3/154 ، رقم 2769) . قال الهيثمى (10/209) : رجاله رجال الصحيح .
Nabi J bersabda ; Pintu-pintu langit selalu terbuka pada pertengahan malam, lalu Orang yang memanggilpun memanggil; Adakah orang yang berdo'a. Maka do'anya akan dikabulkan, Adakah orang yang meminta, maka ia akan diberi, Adakah orang yang susah, maka akan dilapangkan, maka tidak tersisa dari orang yang berdo'a kecuali Allah 'azza wajalla akan mengabulkannya, terkecuali pelacur yang menjual kemaluannya, atau penarik harta sepersepuluh. HR At-thobrony . Tahqiq Al-albany : Shohih
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ صَاحِبُ مَكْسٍ* رواه ابو دازد-وضعفه الألباني – رحمه الله تعالى – في (ضعيف الترغيب والترهيب) و (ضعيف الجامع الصغير).
Rasulullah bersabda : Penarik cukai tidak akan masuk surga. HR. Abu dawud di dho'ifkan oleh Imam Al-albany
عن عَبْد اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَتْهُ امْرَأَةٌ مِنْ غَامِدٍ فَقَالَتْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِنِّي قَدْ زَنَيْتُ وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ تُطَهِّرَنِي فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْجِعِي فَلَمَّا أَنْ كَانَ مِنْ الْغَدِ أَتَتْهُ أَيْضًا فَاعْتَرَفَتْ عِنْدَهُ بِالزِّنَا فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي قَدْ زَنَيْتُ وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ تُطَهِّرَنِي فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْجِعِي فَلَمَّا أَنْ كَانَ مِنْ الْغَدِ أَتَتْهُ أَيْضًا فَاعْتَرَفَتْ عِنْدَهُ بِالزِّنَا فَقَالَتْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ طَهِّرْنِي فَلَعَلَّكَ أَنْ تَرُدَّنِي كَمَا رَدَدْتَ مَاعِزَ بْنَ مَالِكٍ فَوَاللَّهِ إِنِّي لَحُبْلَى فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْجِعِي حَتَّى تَلِدِي فَلَمَّا وَلَدَتْ جَاءَتْ بِالصَّبِيِّ تَحْمِلُهُ فَقَالَتْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ هَذَا قَدْ وَلَدْتُ قَالَ فَاذْهَبِي فَأَرْضِعِيهِ حَتَّى تَفْطِمِيهِ فَلَمَّا فَطَمَتْهُ جَاءَتْ بِالصَّبِيِّ فِي يَدِهِ كِسْرَةُ خُبْزٍ قَالَتْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ هَذَا قَدْ فَطَمْتُهُ فَأَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالصَّبِيِّ فَدَفَعَهُ إِلَى رَجُلٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا فَحُفِرَ لَهَا حُفْرَةٌ فَجُعِلَتْ فِيهَا إِلَى صَدْرِهَا ثُمَّ أَمَرَ النَّاسَ أَنْ يَرْجُمُوهَا فَأَقْبَلَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ بِحَجَرٍ فَرَمَى رَأْسَهَا فَنَضَحَ الدَّمُ عَلَى وَجْنَةِ خَالِدٍ فَسَبَّهَا فَسَمِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبَّهُ إِيَّاهَا فَقَالَ مَهْلًا يَا خَالِدُ بْنَ الْوَلِيدِ لَا تَسُبَّهَا فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ تَابَهَا صَاحِبُ مَكْسٍ لَغُفِرَ لَهُ فَأَمَرَ بِهَا فَصَلَّى عَلَيْهَا وَدُفِنَتْ
*رواه أحمد ومسلم وأبوداود والنسائي في الكبرى.عن بريدة – رضي الله عنه-.
Dari Abdullah ibnu Buraidah dari ayahnya berkata, "Aku pernah duduk di sisi nabi SAW, lalu seorang wanita dari Ghamid datang menemui Rasulullah dan berkata, "Nabiyallah, sesunguhnya aku telah berzina, dan aku ingin Anda mensucikan diriku (merajam)." Namun Rasulullah berkata kepadanya, "Pulanglah." Maka wanita itu pun pulang.

Keesokan harinya, wanita tu datang kembali kepada Rasulullah dan kembali membuat pengakuan zina. Dia berkata, "Nabiyallah, sesungguhnya aku telah berzina, dan aku ingin Anda mensucikan diriku (merajam)." Namun Rasulullah berkata kepadanya, "Pulanglah." Maka wanita itu pun pulang.

"Ya Nabiyallah, rajamlah diriku. Apakah Anda menolakku sebagaimana menolak pengakuan Ma'iz bin Malik? Demi Allah, saat ini aku sedang hamil."

Rasulullah mengatakan, "Pulanglah, sampai kamu melahirkan anakmu"

Seusai melahirkan, wanita itu kembali menghadap Rasulullah sambil menggendong bayinya itu seraya melapor, "Inilah bayi yang telah aku lahirkan."

Beliau bersabda, "Pergilah, dan susuilah bayi ini hingga disapih."

Setelah disapih, wanita tersebut kembali menghadap beliau dengan membawa bayinya yang di tangannya memegang sekerat roti. wanita itu berkata, "Ya nabiyallah,aku telah menyapihnya."

Akhirnya, Rasulullah pun mempercayai pengakuan wanita itu, lalu menyerahkan anak itu kepada seorang pria dari kalangan ummat Islam, dan kemudian beliau memerintahkan agar menggali lubang sampai di atas dada, lalu memerintahkan orang-orang untuk merajam wanita tersebut.

Saat itu Khalid bin Walid membawa batu di tangannya lantas melemparkannya ke arah kepala wanita itu hingga darahnya memuncrat mengenai wajah Khalid. Khalid pun memaki wanita itu. Akan tetapi Rasulullah mengatakan,

"Sabar wahai Khalid! Demi Dzat yang jiwaku ada di tangannya, sungguh dia telah bertaubat dengan taubat yang seandainya dilakukan oleh seorang pemungut cukai (pajak), niscaya ia akan diampuni."

Maka Rasulullah
j memerintahkan untuk memandikan jenazahnya, dan mensholatkan dan menguburkannya. (HR Ahmad dalam musnad Ahmad jilid 5 halaman 348 hadits nomor 22999).[3]
Hikmah apa yang bisa diambil dari hadits di atas ketika Rasulullah J berbicara tentang wanita yang berzina kemudian mengkaitkannya dengan Shohibu al-maksi?
Tentunya al-maksu merupakan perkara yang yang besar di dalam syari'at sebagaimana dijelaskan oleh Imam An-nawawy di dalam kitab syarah shohih Muslim;
أَنَّ الْمَكْس مِنْ أَقْبَح الْمَعَاصِي وَالذُّنُوب الْمُوبِقَات ، وَذَلِكَ لِكَثْرَةِ مُطَالَبَات النَّاس لَهُ وَظِلَامَاتهمْ عِنْده ، وَتَكَرُّر ذَلِكَ مِنْهُ وَانْتِهَاكه لِلنَّاسِ وَأَخْذ أَمْوَالهمْ بِغَيْرِ حَقّهَا وَصَرْفهَا فِي غَيْر وَجْههَا . شرح النووي
Al-maksu adalah termasuk perbuatan maksiat terkeji dan termasuk dosa yang membinasakan, demikian itu dikarenakan banyaknya klaim manusia kepadanya dan banyaknya penganiayaan terhadap mereka, dan itu terjadi berulang kali darinya dan merusaknya ia kepada manusia dan mengambil harta-harta mereka tanpa haqnya harta (kewajiban zakat -pen) dan menyalurkannya di luar jalurnya* Syarah Imam An-nawawy
*****
Bila Negara Menarik Pajak..
Maka ini adalah sebuah keadaan yang tidak ideal bagi sebuah pemerintahan muslim, meskipun demikian maka dalil-dalil tentang ketaatan tetap diberikan kepada penguasa sebagaimana sabda Rosululloh j
قَالَ يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ*رواه مسلم
Akan ada setelahku para imam yang tidak mengambil petunjuk dengan petunjukku, dan mereka tidak mengambil sunnah dengan sunnahku, dan akan berkuasa dikalangan mereka para lelaki yang mana hati mereka adalah hati syaitan di dalam raga manusia, Hudzaifah bin Yaman berkata,aku berkata ; Apa yang aku lakukan bila aku menjumpai keadaan tersebut? Nabi menjawab ; " Engkau mendengar dan taat kepada Amir meskipun punggungmu dipukul dan hartamu dirampas, Dengar dan taatlah!. HR. Muslim
Syaikh Abdul Muhsin 'Abbad Al-badr pernah ditanya soal;
السؤال: ما حكم الضرائب والجمارك؟
Apa hukumnya pajak Dan cukai ?
الجواب: ( الضرائب هي نفس المكس، ولا يجوز للتاجر أن يكذب على أصحاب الضرائب، ولكنه إذا استعمل التورية فلا شك أن هذا سائغ، وأيضاً الجمارك مكس لا تجوز)اهـ.
العلامة العباد .من شرح سنن أبي داود.
Jawab :
Pajak hakikatnya Adalah Al-Maksu itu sendiri, dan tidak diperbolehkan bagi pedagang untuk membohongi petugas pajak, namun bila ia berupaya memainkan kata-kata ( agar tidak terkena pajak ), maka tidak diragukan lagi hal ini diizinkan, adapun cukai juga tidak diperbolehkan . (Syarah Sunan Abu Dawud karya Syaikh Abdul Muhsin 'Abbad Al-badr )


[1] ( ضعيف المشكاة 4039 / التحقيق الثاني ) ضعيف الترمذي 637 / 94 ، ضعيف الجامع الصغير 2050
[2] تحقيق الألباني :// ضعيف الجامع الصغير ( 2050 ) ، المشكاة ( 4039 ) ، ضعيف أبي داود برقم ( 660 / 2046 ) ، يرويه الجميع عن حرب بن عبيد الله ، عن جده أبي أمه ، عن أبيه
[3] Dan dalam riwayat yang lain, ketika Rasulullah menshalatkan wanita Al-Ghamidziyah ini, Ummar bin Khathab terheran, "Engkau menshalatinya, wahai Rasulullah? Padahal ia telah berzina." Rasulullah menjawab, "Dia telah bertaubat dengan taubat yang sekiranya dibagikan kepada 70 penduduk Madinah, niscaya mencukupinya. Apakah engkau menemukan taubat yang lebih baik daripada orang yang menyerahkan jiwanya kepada Allah?" (HR Muslim, 11/347)