DIANTARA SEBAB-SEBAB SESEORANG TERGELINCIR DARI KEBENARAN

Selasa, 19 Januari 2010

-->

(BERKEYAKINAN DAHULU BARU MENCARI DALIL)
الإعتقاد ثم الاستدلال
Wajib bagi seorang muslim untuk tidak berkata sehingga Allah dan Rosul-Nya berkata, sebagaimana perintah Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ... (1) سورة الحجرات
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya. Surat Al-hujurot ayat 1
Oleh karenanya para sahabat tidaklah berkeyakinan dan tidak berkata sehingga Allah dan Rosul-Nya berkata. Kemudian tampaklah ahli ahwa (hawa nafsu) setelah habisnya zaman sahabat,maka tinggallah beberapa perselisihan yakni berkeyakinan terlebih dahulu baru berdalil kemudian.
Inilah bagian terbesar perbadaan antara ahli sunnah dengan ahli bida', ahli sunnah mengakhirkan hawa nafsunya dan menjadikan hawa nafsunya mengikuti dalil sementara ahli bida' menjadikan hawa nafsunya sebagai hakim yang memutuskan mengalahkan syari'at
قال الشاطبي :ولذلك سمي أهل البدع أهل الأهواء لأنهم اتبعوا أهواءهم فلم يأخذوا الأدلة الشرعية مأخذ الافتقار إليها والتعويل عليها حتى يصدروا عنها بل قدموا أهوءاهم واعتمدوا على آرائهم ثم جعلوا الأدلة الشرعية منظورا فيها من وراء ذلك[1]
Imam As-syatiby berkata : Oleh karenanyalah ahli bida' disebut ahlu al-ahwa, karena mereka mengikuti hawa nafsu, kemudian mereka tidak mengambil dalil syar'I sebagai sumber kebutuhan pada dalil, dan menta'wil pada dalil sehingga mengambil sumber hukum dari dalil, bahkan sebaliknya mereka mendahulukan hawa nafsu dan berpegang pada pendapat-pendapat mereka lantas mereka menjadikan dalil syari'at hanya dipandang di belakang semua itu.
وقال : المبتدع جعل الهوى أول مطالبه وأخذ الأدلة بالتبع
Imam As-syatiby berkata : Pembuat bid'ah menjadikan hawa nafsu sebagai kebutuhan yang pertama, dan mengambil dalil sebagai pengikut
وقال : بخلاف غير المبتدع فإنه إنما جعل الهداية إلى الحق أول مطالبه وأخر هواه ـ إن كان ـ فجعله بالتبع
Imam As-syatiby berkata : Berbeda, selain pembuat bid'ah ( ahli sunnah), ia menjadikan hidayah pada kebenaran menjadi kebutuhan yang pertama, dan mengakhirkan hawa nafsunya- kalaupun ada- maka hawa nafsunya diikutkan kepada kebenaran
شيخ الإسلام بن تيمية: فمبتدعة أهل العلم والكلام طلبوا العلم بما ابتدعوه ولم يتبعوا العلم المشروع ويعملوا به
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : Ahli Bid'ah itu adalah ahli ilmu dan ahli kalam namun mereka mencari ilmu untuk berbuat bid'ah dan tidak mengikuti ilmu syar'i dan tidak mengamalkannya
شيخ الإسلام بن تيمية: وَعَمَدُوا إلَى الْقُرْآنِ فَتَأَوَّلُوهُ عَلَى آرَائِهِمْ . تَارَةً يَسْتَدِلُّونَ بِآيَاتِ عَلَى مَذْهَبِهِمْ وَلَا دَلَالَةَ فِيهَا وَتَارَةً يَتَأَوَّلُونَ مَا يُخَالِفُ مَذْهَبَهُمْ بِمَا يُحَرِّفُونَ بِهِ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَمِنْ هَؤُلَاءِ فِرَقُ الْخَوَارِجِ وَالرَّوَافِضِ وَالْجَهْمِيَّة وَالْمُعْتَزِلَةِ وَالْقَدَرِيَّةِ وَالْمُرْجِئَةِ وَغَيْرِهِمْ .
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : Mereka bersandar pada Al-qur'an kemudian mereka menta'wilkannya menurut pendapat-pendapat mereka. Sesekali mereka berdalil dengan menggunakan ayat-ayat untuk mendukung namun tidak ada petunjuk pada ayat-ayat tersebut (untuk menguatkan madzhab mereka) dan di lain waktu mereka menta'wilkan ayat-ayat yang menyelisihi madzhab mereka dengan memalingkan kalimat dari makna sebenarnya. Mreka itu adalah firqoh khowarij, rofidhoh, jahmiyah, mu'tazillah, qodariyah, murji'ah dan lain-lain.
شيخ الإسلام بن تيمية: فَعَلَى كُلِّ مُؤْمِنٍ أَنْ لَا يَتَكَلَّمَ فِي شَيْءٍ مِنْ الدِّينِ إلَّا تَبَعًا لِمَا جَاءَ بِهِ الرَّسُولُ وَلَا يَتَقَدَّمُ بَيْنَ يَدَيْهِ ؛ بَلْ يَنْظُرُ مَا قَالَ فَيَكُونُ قَوْلُهُ تَبَعًا لِقَوْلِهِ وَعَمَلُهُ تَبَعًا لِأَمْرِهِ فَهَكَذَا كَانَ الصَّحَابَةُ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيلَهُمْ مِنْ التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانِ وَأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ ؛ فَلِهَذَا لَمْ يَكُنْ أَحَدٌ مِنْهُمْ يُعَارِضُ النُّصُوصَ بِمَعْقُولِهِ وَلَا يُؤَسِّسُ دِينًا غَيْرَ مَا جَاءَ بِهِ الرَّسُولُ وَإِذَا أَرَادَ مَعْرِفَةَ شَيْءٍ مِنْ الدِّينِ وَالْكَلَامِ فِيهِ نَظَرَ فِيمَا قَالَهُ اللَّهُ وَالرَّسُولُ فَمِنْهُ يَتَعَلَّمُ وَبِهِ يَتَكَلَّمُ وَفِيهِ يَنْظُرُ وَيَتَفَكَّرُ وَبِهِ يَسْتَدِلُّ فَهَذَا أَصْلُ أَهْلِ السُّنَّةِ* مجموع الفتاوى
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : Maka wajib bagi setiap muslim untuk tidak berkata tentang sesuatu di dalam permasalahan agama, kecuali mengikuti apa yang telah di bawa oleh Rosululloh j dan tidak mendahuluinya, Namun hendaklah ia meneliti apa yang telah di sabdakan Nabi j, maka kemudian ucapannya mengikuti pada ucapan Nabi j dan amalannya mengikuti perintah Nabi j. Maka demikianlah para sahabat dan orang-orang yang meniti jalan mereka dari orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dan para imam-imam kaum muslimin. Maka oleh karenanya tidak ada seorangpun dari mereka yang membantah nash (Al-qur'an dan As-sunnah) dengan akalnya, dan tidak membuat dasar agama dengan sesuatu yang tidak datang dari Rasul, Dan ketika seseorang dari mereka ingin mengetahui sesuatu dalam masalah agama dan berbicara pada urusan agama, maka ia meneliti Al-qur'an dan Assunnah, maka dengannyalah ia belajar dan dengannyalah ia berbicara, dengannyalah ia menimbang sesuatu dan dengannyalah ia berfikir, dengannyalah ia berdalil, maka inilah aslinya Ahlussunnah.


[1] الإعتصام 2/176