DIANTARA SEBAB-SEBAB SESEORANG
TERGELINCIR DARI KEBENARAN
( SIFAT 'UJUB )
العجب
MERASA POL SENDIRI[1]
Sifat ujub akan membawa pemiliknya untuk mengagungkan diri sendiri, sehingga ia merasa senang dengan apa yang dimilikinya dan tidak membutuhkan yang lain, kemudian ia beranggapan bahwa sebuah kebenaran tidak akan pergi darinya, seakan akan ia telah mendapatkan mandat kebenaran, ini adalah sifat orang-orang kafir, Allah berfirman :
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (83) سورة غافر
Maka tatkala datang kepada mereka Rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu.
وَذَلِكَ لِأَنَّهُمْ لَمَّا جَاءَتْهُمْ الرُّسُل بِالْبَيِّنَاتِ وَالْحُجَج الْقَاطِعَات وَالْبَرَاهِين الدَّامِغَات لَمْ يَلْتَفِتُوا إِلَيْهِمْ وَلَا أَقْبَلُوا عَلَيْهِمْ وَاسْتَغْنَوْا بِمَا عِنْدهمْ مِنْ الْعِلْم فِي زَعْمِهِمْ عَمَّا جَاءَتْهُمْ بِهِ* تفسير القرآن العظيم
Dan demikian itu karena sesungguhnya tatkala para rosul mendatangi mereka dengan membawa keterangan, hujjah yang kokoh serta dalil-dalil yang tidak terbantahkan, mereka tidak menoleh kepada para utusan dan tidak menerima atas risalah mereka, dan di dalam persangkaan mereka, mereka merasa cukup dengan ilmu yang ada pada diri mereka daripada apa-apa yang dibawa oleh para utusan
Dan ketika seseorang merasa 'ujub dengan dirinya serta tidak membutuhkan yang lainnya, maka sungguh sempurnalah kebinasaannya, karena tidak memungkinkan baginya untuk menoleh pada ucapan orang lain yang lebih baik/utama, apa lagi ia mau menerimanya walaupun ucapan orang lain tersebut benar.
Rosululloh J telah berpesan
حَدَّثَنِي أَبُو أُمَيَّةَ الشَّعْبَانِيُّ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيَّ فَقُلْتُ يَا أَبَا ثَعْلَبَةَ كَيْفَ تَقُولُ فِي هَذِهِ الْآيَةِ { عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ } قَالَ أَمَا وَاللَّهِ لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْهَا خَبِيرًا سَأَلْتُ عَنْهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَلْ ائْتَمِرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنَاهَوْا عَنْ الْمُنْكَرِ حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ يَعْنِي بِنَفْسِكَ وَدَعْ عَنْكَ الْعَوَامَّ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ الصَّبْرُ فِيهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِمْ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِهِ* رواه ابو داود والترمذي
Abu Ummaiyah As-sya'bany mencritakan kepadaku, ia berkata, aku bertanya kepada Aba tsa'labah Al-khusyany, aku bertanya; "hai, Aba tsa'labah, apakah perkataanmu pada firman Allah ; " Jagalah diri kalian "(QS. Al-Maaidah : 105) , Aba tsa'labah menjawab;"Demi Allah, engkau telah bertanya kepada orang yang tepat, aku telah bertanya tentangnya kepada Rosulullah J , Nabi Berabda; " Bahkan hendaklah kalian saling beramar ma’ruf nahi munkar. Hingga kamu melihat sifat kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dunia yang diutamakan, dan setiap orang yang bangga/takjub dengan pendapatnya sendiri; maka jagalah dirimu sendiri dan tinggalkanlah masyarakat awam. Sesungguhnya di belakangmu nanti akan ada hari-hari penuh kesabaran. Sabar pada hari itu seperti halnya memegang bara api. Orang yang beramal pada waktu itu akan diberi pahala seperti pahala lima puluh orang lain yang beramal seperti amalnya”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Khalqu Af’alil-‘Ibaad no. 155, Abu Dawud no. 4341, At-Tirmidzi no. 3058, Ibnu Majah no. 4014, Ath-Thabariy dalam Tafsir-nya 7/97, Ath-Thahawiy dalam Syarhul-Musykil no. 1171-1172, Ibnu Hibbaan no. 358, dan yang lainnya. Hadits ini dla’if, kecuali lafadh : “Sesungguhnya di belakangmu nanti akan ada hari-hari penuh kesabaran….” ; shahih. Lihat Dla’iif Ibni Majah hal. 326 no. 801, Silsilah Ash-Shahiihah 1/892-893 no. 494, dan Dla’if At-Tirmidzi hal. 320 no. 3058.
قال ا بن تيمية الحراني : أَلَا تَرَى أَنَّ الَّذِي يُعَظِّمُ نَفْسَهُ بِالْبَاطِلِ يُرِيدُ أَنْ يَنْصُرَ كُلَّ مَا قَالَهُ وَلَوْ كَانَ خَطَأً* مجموع الفتاوى
Ibnu Taimiyah berkata : Tidakkah kau ketahui sesungguhnya orang yang mengagungkan dirinya dengan kebatilan, ia menghendaki semua apa yang ia katakana walaupun hal itu salah * Majmu' Fatawa
Bahkan seandainya ia diqodar menempati kebenaran, lagi terang dengan kebenaran, maka hendaklah ia berhati-hati dengan sifat ujub. Karena sifat ujubnya tersebut dapat merusak ganjaran dari amal sholihnya.
قال الحافظ الذهبي رحمه الله : فكم من رجل نطق بالحق، وأمر بالمعروف، فيسلط الله عليه من يؤذيه لسوء قصده، وحبه للرئاسة الدينية، فهذا داء خفي سار في نفوس الفقهاء* سير أعلام النبلاء
Al-hafidz Ad-dzahaby berkata : Betapa banyak orang berbicara dengan benar, Dan memerintahkan kebaikan, kemudian Allah menguasakan pada orang lain yang menyakitinya dikarenakan jeleknya keinginannya serta kecintaannya pada kepemimpinan duniawiyah, maka ini Adalah penyakit yang tersembunyi, ia berjalan di hati para fuqoha/ahli ilmu * Siaru a'lami an-nubala
Dan sifat 'ujub akan menghalangi pemiliknya untuk meminta pertolongan kepada Tuhan-nya, karena kesombongan dirinya
وَالْعُجْبُ مِنْ بَابِ الْإِشْرَاكِ بِالنَّفْسِ وَهَذَا حَالُ الْمُسْتَكْبِرِ، فَالْمُرَائِي لَا يُحَقِّقُ قَوْلَهُ: {إيَّاكَ نَعْبُدُ} وَالْمُعْجَبُ لَا يُحَقِّقُ قَوْلَهُ: {إيَّاكَ نَسْتَعِينُ}
Dan sifat 'ujub merupakan bagian dari bab syirik nafs, dan ini keadaannya orang yang sombong, maka orang yang berpura-pura ini tidak merealisasikan firman Allah " Hanya kepada-Mu kami menyembah" dan adapun orang 'ujub tidak merealisasikan firman Allah " dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan"
(Sebagian besar tulisan ini menukil dari kitab As-Showarif 'anilhaq Karya Syaikh Hammad bin Ibrohim 'Utsman Halaman 35-38)