SULTHANAH RADHIAH SANG RATU INDIA

Jumat, 23 Mei 2014

PENGUASA WANITA MUSLIMAH PERTAMA DI ASIA SELATAN

Quthbuddin Aibak menaklukan india pada tahun 584 H . Ia berasal dari kalangan budak yang bodoh; yang lalu dibeli oleh Qodhi Fakhruddin AI-Kufi. Qodhi inilah yang membina dan mendidiknya dalam ilmu dan ketakwaan. Lalu ia dibeli oleh Sultan Syihabuddin AI-Ghuri. Sultan inipun menggemblengnya menempa keberanian dan teknik-teknik berperang.

Memang Qutbuddin Aibak seorang yang punya tekad yang tinggi dan seorang yang jenius. Hingga akhirnya iapun menjadi raja, setelah sebelumnya ia hanyalah seorang budak.

Qutbuddin sendiri punya seorang budak yang cukup cerdas, ada yang menamakannya lilmusy, atau ada yang menyebutkan lltumusy. Qutbuddin pun menggembleng dan mendidiknya di atas dasar-dasar kebaikan dan kriteria-kriteria kesatria.

Tatkala Qutbuddin akan meninggal, lltumusy pun menghimpun para qodhi, mufti serta kaum terpandang dan berkedudukan. Lapun memproklamirkan dirinya sebagai raja. lni hal yang cukup membuat hadirin menjaditerhenyak. Termasuk qodhi yang saat itu hendak unjuk kata kepada Quthbuddin, namun Iltumusy paham akan hal yang mengganjal hati sang qodhi dan juga lainnya. Sebelum sang qodhi angkat suara, Quthbuddin menyelanya sambil tersenyum dan mengeluarkan surat yang sudah distempel dengan stempel kerajaan. Ia menyerahkannya kepada sang qodhi agaria membacakannya kepada para hadirin yang menyaksikanan. Temyata itu adalah surat pembebasannya
dari belenggu perbudakan. Ia telah dimerdekakan. Sehingga dengan begitu, iapun dibai'at untuk menjadi penguasa.

Ia memimpin dengan meneladani perjalanan hidup Quthbuddin. Ia orang yang cinta akan keadilan, selalu menegakkan kebenaran. Dan ia memprakarsai untuk membuat suatu kebijakan untuk mengawal programnya dalam meminimalisir kezholiman. Yaitu bahwa pakaian umumnya orang-orang India adalah pakaian india berwarna putih. Maka sultan baru ini"menjadikan pakaian berwarna sebagai pertanda bagi rang yang mengadukan kezaliman yang ia derita. Kalau ada yang menzholiminya, ia bisa mengenakan pakaian berwarna dan menghadang sang sultan di manapun ia tengah berada, sehingga sang sultan akan memberikan keadilan baginya atas orang yang menzholiminya.

Kemudian sultan merasa khawatir kalau ia tidak melihat orang yang terzholimi.lapun memasang lonceng di pintu istana, di mana orang yang hendak mengadukan kezholiman yang ia terima bisa membunyikannya pada waktu apapun, baik siang maupun malam hari.

Ia seorang ahli perang yang handal hingga menorehkan kemenangan-kemenangan, Ia juga seorang. ahli tata negara yang penuh bijak, sekaligus seorang politikus ulung dan hakim yang adil. Akan tetapi anak-anaknya tidak seperti ayahnya. Mereka telah terkontaminasi oleh kenikmatan dunia dan kekuasaan, sehingga mereka pun lebih condong untuk memperturutkan kelezatan dan keinginan nafsu mereka. Sang ayah telah mengerahkan segala upaya untuk memperbaiki kondisi mereka, hingga ia pun pesimis dengan keadaan mereka.

Namun ia tak habis harapan. Ia punya seorang putri, di mana Alloh menganugerahkan fisik yang sempurna dan sekaligus mempunyai cara pikir yang cemerlang dan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah pelik di samping juga mempunyai keberanian. Lapun tak canggung untuk mengarungi hal-hal yang cukup membahayakan.

Melihat putrinya yang punya banyak potensi positif ini, iapun mengalihkan perhatiannya kepada sang putri. Ia taruh pengharapannya kepada putrinya. Ia datangkan para ahli didik dan ahli ajar. Ia juga mengajarkan kepadanya seni dan teknik berperang, teknik pergulatan dalam berpolitik, dan melatihnya berperang. Bila sang ayah tidak berada di tempat, iapun rnempercayakan urusan dan kekuasaan kepada putrinya. Dan sang putri pun bisa menggantikan tugas yang ditinggalkan ayahnya, dan mungkin saja lebih darinya.

Tatkala sang ayah mangkat, putra sulungnya memegang tampuk
kekuasaan; yaitu Ruknuddin Fairuz Syah. Namun ia berlaku lalim. Ia coreng reputasi ayahnya. Bahkan iapun membunuh saudaranya Mu'izzuddin. Dan hati rakyat pun dijejali dengan kebencian dan ketakutan kepadanya, hingga mereka berangan-angan lengsernya kekuasaannya. Dan ketika itulah, sang putri yang dikenal dengan nama Radhiyyah, mulai melancarkan agendanya.

Sang putri terlihat di atas loteng rumahnya, dan orang-orang pun melihatnya. Ia mengenakan syiar kaum terzalimi di masa ayahnya. Ia mengenakan pakaian berwarna. Orang-orang pun berkumpul padanya. lapun menyeru mereka untuk menopangnya, dan merekapun menyambut seruannya. Ia memimpin revolusi bersama mereka, hingga ia berhasil mengalahkan saudaranya, dan menjatuhkan hukuman kepada saudaranya. lapun memegang tampuk kesultanan, dan itu terjadi pada Rabiul Awal 604 H.

Dan itu adalah sesuatu yang tidak lazim diadakan dalam islam.

Catatan: Rosul sendiri memberikan pengajaran umat ini dengan sabdanya:

لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً
"Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan kendali urusan
mereka kepada seorang perempuan.(HR. Bukhori)

Maka menjauhi perkara yang mendatangkan ketidak beruntungan adalah wajib.

lmam Shon'ani berkata:
"Hadits ini memberitakan tentang tidak beruntungnya kaum yang mempercayakan kendali urusan kepemimpinan mereka kepada seorang perempuan. Dan mereka dilarang untuk mendatangkan ketidak beruntungan bagi diri mereka sendiri; sekaligus diperintahkan untuk mengupayakan hal yang menjadi sebab keberuntungan mereka".

Imam Baghawi berkata:
"Mereka sepakat bahwa perempuan tidak pantas untuk menjadi imam (penguasa) dan tidak pula qodhi. Karena penguasa perlu untuk keluar untuk menegakkan perintah jihad dan mengurusi urusan kaum muslimin. Dan qodhi perlu untuk tampil untuk memutuskan perkara-perkara yang disengketakan. Sedangkan perempuan adalah aurat tidak pantas untuk tampil. kelemahannya ketika menjalankan berbagai banyak urusan. Dan juga bahwa perempuan itu kurang, sedangkan kepemimpinan dan qadha (peradilan) termasuk area kekuasaan yang sempurna. Maka tidak pantas untuk mengembannya selain orang sempurna dari kalangan lelaki".

Imam Syaukani, juga mengatakan: "Hadits inl menjadi dalil bahwa perempuan bukanlah termasuk yang berhak menjabat kepemimpinan, dan tidak boleh suatu kaum menjadikannya menjadi pemimpin. Juga berkata: "Bahwa qodho' (begitu pula imamah) memerlukan kesempurnaan pikiran, sedangkan pemikiran perempuan kurang; terlebih lagi di tempat-tempat perkumpulan kaum lelaki".

Ia pun didaulat menjadi raja, atau tepatnya ratu. Ia menjadi sultan,atau disebut sultanah, karena ia seorang wanita. Seiring dengan itu, iapun mengesampingkan unsur feminimnya. Ia tanggalkan kewanitaannya. Ia rnengenakan pakaian lelaki. Ia tampil di hadapan orang-orang dan menampakkan sebagai sosok yang tegas dan keras. Dengan upayanya merubah kepribadiannya, ia menyangka bisa merubah ciptaan Alloh yang Dia patrikan dalam dirinya sebagai wanita.

Padahal Rosululloh Sallallahu 'alaihi wasallam  telah memberikan peringatan kepada umat ini:

لَعَنَ اللهُ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ، وَلَعَنَ الْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
"Alloh melaknat kaum perempuan yang meniru-niru dengan kaum lelaki; dan melaknat kaum yang meniru-niru kaum perempuan dari kalangan lelaki." (HR. Thobroni)

lapun mengendalikan semua urusan di genggaman tangannya. Ia kembalikan corak hidup ayahnya dalam keadilannya dan keberaniannya. Ia selesaikan semua permasalahan sendiri, ia mengatur dan memimpin rakyatnya; dan iapun menerjunkan diri dalam laga peperangan. Dan demikianlah, diawal masanya, ia menjalankan roda negeri mengikuti corak ayahnya, menebar keadilan, menghilangkan kezaliman, membuka negeri-negeri, dan melabuhkan bahtera aman di penjuru kerajaannya. Sampai-sampai ahli sejarah menyatakan bahwa masa pemerintahannya adalah masa keemasan yang pernah dikenal negerinya.

Namun bagaimanapun, tetap saja seorang wanita yang memerintah negeri menjadi buah bibir semua orang. Dan tentu tidak rela kalau mereka harus tunduk di bawah kendali seorang wanita. Mulailah kasak- kusuk merebak di penjuru, menja!ar pada upaya konspirasi untuk menggulingkannya dari tahta Dan yang memprakarsai persekongkolan ini menteri kerajaan Nizhomul Mulk, dan para pucuk pimpinan panglima, bangsawan dan kesatria. Mereka bersepakat untuk melengserkan Sultanah dan menobatkan adiknya;Nashiruddin Bahram untuk memegang kendali negeri.

Dan tiba-tiba sang sultanah pun tertahan di telah dikepung oleh musuh-musuhnya. Namun ia tak tinggal diam. Ia bangkitkan para pendukungnya dan ia meminta kepada penguasasalah satu wilayah (wilayah Oda) untuk menolongnya. Dan sang pengusa wilayah ini pun tanpa ragu mengirimkan pasukan dan ia sendiri yang secara langsung memimpinnya.

Dan terjadilah pertempuran sengit antara penguasa wilayah ini dengan pasukan koalisi yang hendak menumbangkan sultanah. Hingga pasukan koalisi ini pun berhasil mengalahkan pasukan musuh, dan sang penguasa wilayah ini pun tertawan hingga mehemui kematiannya.

Mendengar berita kematian Sultanah pun tidak menyerah begitu Ia pun menggunakan senjatanya yang  membuat musuh bertekuk lutut. Ia gunakan senjata kecantikan dan pesonanya hingga mampu menikam hati para musuhnya. Hingga akhirnya antara mereka sendiri saling menikam, meminta pertolongan kepada sebagian mereka untuk menghancurkan sebagian lainnya. Hingga ketika hanya tersisa sedikit dari musuhnya, iapun menumpas mereka sekaligus dengan kecerdikan dan kekuatannya. Namun ia tetap membiarkan saudara lelakinya Nashiruddin Bahram untuk tetap hidup.

Dan qengan demikian, kembalilah sang sultanah menduduki tahta kesultanannya. Hingga terjadilah kejadian yang menjadi pertanda kehancurannya. Suatu hal yang membuat kekuasaannya terampas, hingga terjadi hal-hal yang tidak ia duga sarna sekali. Sultanah, yang tetap saja sebagai seorang wanita, masih juga belum mendapatkan pendamping hidup.

Hanya saja ia punya seorang budak yang bernama Yaqut. Sultanah begitu percaya kepadanya, hingga iapun mengangkatnya menjadi panglima pasukan maka tersebarlah berbagai issu yang merebak dikarenakan hal tersebut. Tersebar issu saking percayanya Sultanah kepada Yaqut, sampai-sampai si budak inilah yang membantu sang Sultanah untuk menaikkannya kepunggung kuda dan juga turun dari punggung kudanya. Dan inipun menghembuskan pergolakkan di negerinya. Hingga penguasa Bathinda memberangkatkan pasukan ke Delhi untuk menumbangkan Sultanah dari tahtanya. Dan sang Sultanah pun tidak gentar. lapun begitu yakin bisa menorehkan kemenangan. Namun pasukannya sendiri yang juga merasa geram dengan issu yang merebak tersebut; merekapun berbalik menyerang sang Sultanah.
Mereka tidak lagi memandangnya sebagai Sultanah, namun telah menjelma sebagai wanita yang keji. Hingga akhirnya penguasa Bathinda berhasil menawan Sultanah. Dan tahta Delhi pun digantikan oleh saudaranya Nashiruddin Bahram.

Saat itu kembalilah Radhiyyah menjadi sosok asalnya sebagai wanita. Dan sang penguasa Bathinda pun menikahinya. Hingga akhirnya dengan kecerdikan Sang Sultanah, iapun berhasil merayu suaminya untuk merebut kembali tahta Dehli agar kembali ke pangkuannya. Dan memberangkatkan pasukannya untuk merebut Delhi. Singkat cerita, pasukan Sultanah beserta suaminya dihadang dan menderita kekalahan. Mereka tidak berhasil merebut kembali kekuasaan sang Sultanah. Namun, meski kalah dalam berperang, namun orang-orang tidak tahu di mana rimba Sang Sultanah. Ternyata ia menghilang menjauh dari medan laga. Hingga membuatnya letih dan kelaparan.
Kala terlihat ada seorang petani di ladangnya, iapun meminta sedikit jamuan untuk mengganjal perutnya. lapun dijamu sepotong roti hingga kemudian saking lelahnya, ia tertidur pulas. Ia tidak tahu bahwa itulah tidurnya yang terakhir kali. Saat itu ia mengenakan pakaian perang layaknya seorang prajurit pria. Saat Sultanah tertidur itulah, sang petani tahu bahwa sebenarnya ia adalah seorang wanita. Sang petani pun kemudian berusaha mengambil perhiasan yang menghiasai pakaiannya yang tertutupi baju perangnya dengan membunuh sang Sultanah. Dan berakhirlah haru-biru perjalanan Sultanah Radhiah. Yang tentunya menyimpan pelajaran dan hikmah yang sungguh berharga.

Dlambil dari Rijalun Minat Tarikh.



http://www.alarabimag.com/Article.asp?ART=7292&ID=97