التبيان شرح نواقض الإسلام
تأليف سليمان ناصر بن عبد الله العلوان
PENJELASAN TENTANG PEMBATAL PEMBATAL KEISLAMAN
Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab
-Rahimahullah- (selanjutnya cukup kita
sebut syaikh -pent.)
berkata:
قال -رحمه الله-: بسم الله الرحمن الرحيم. اعلم أن نواقض الإسلام
عشرة نواقض
Dengan nama Allah
Yang Maha Pengasil,agi
Maha Penyayang. Ketahuilah bahwa
ada sepuluh pembatal
keislaman."
Pengarang -Rahimahullah- memulai
dengan basmalah dalam menulis tentang pembatal pembatal keislaman ini, dalam rangka mencontoh Kitab .Al-Qur'an yang
mulia dan beruswah (mengambil teladan) kepada
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
dalam melakukan tulis menulis
dan korespondensi
Oleh karena itu, adalah di
sunahkan memulai dengan basmalah
dalam tulis menulis dan korespondensi serta pekerjaan-pekerjaan lainya sebagaimana yang ditunjukan oleh dalil.
Yang semisal dengan
basmalah adalah tasmiyah. Nabi
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
mengawali dengan tasmiyah ketika beliau hendak makan, hendak berjimak
dan sebagainya sebagaimana kita ketahui bersama.
Yang dimaksud dengan
pembatal-pembatal keislaman (nawaqidh al-Islam) adalah hal-hal yang dapat
merusakkan keislaman seseorang. Manakala hal itu menimpa diri seseorang, maka ia dapat merusakkan keislamannya dan
menggugurkan amalan-amalannya, dan
dia menjadi termasuk orang-orang
yang kekal didalam neraka.
Oleh
karena itu, setiap muslim dan muslimah wajib mempelajari pembatal-pembatal ini.
Jika tidak, maka bisa jadi seorang muslim terperosok
kedalamnya sedangkan ia tidak merasa,
seperti yang terlihat pada kebanyakan orang yang mengaku dirinya sebagai
orang Islam. La Haula wa la Quwwata
Illah Billah!
Tentang perkataan syaikh "ada
sepuluh pembatal' maka sebenarnya lebih
dari itu. Akan tetapi Syaikh hanya memilih yang sepuluh ini
karena adanya ijma’ kaum muslimin terhadap jumlah yang sepuluh ini;
sebagaimana akan ada penjelasan pada masing-masing pembatal yang
akan kami tuturkan, insya Allah. Atau, dapat pula dikatakan bahwa sekian banyak
pembatal yang disebutkan oleh para fuqaha'
mengenai hukum murtad, kembalinya (sumbernya)
tetap pada yang sepuluh ini.
الناقض الأول من نواقض الإسلام
قال
-رحمه الله-: ((الأول: الشرك في عبادة الله: قال الله -تعالى-: (إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ
أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ)( )، (إِنَّهُ مَنْ
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ
وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ(72)، ومنه الذبح لغير الله، كمن يذبح للجن أو
للقبر)).
Pembatal Pertama:
SYIRIK DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH
‘AZZA WAJJALA
Syaikh -Rahimahullah- berkata : 'Pembatai pertama adalah syirik dalam menyembah Allah . Allah berfirman: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik; dan
Did mengampuni segala dosa yang selain
dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya"(An-Nisaa : 48).
" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepada nya jannah, dan
tempatnya ialah naar, tidaklah ada bagi
Di antara kemusyrikan itu adalah
menyembelih (kurban) untuk selain
Allah, seperti menyembelih untuk
jin atau kuburan."
Syaikh -Rahimahullah- mengawali
kesepuluh pemnbatal keislaman ini dengan menempatkan "syirik kcpada
Allah" sebagai pembatal pertama. Sebab, syirik merupakan dosa paling besar
yang diperbuat untuk mendurhakai Allah.
Syirik berarti merampas rububiyah
dan mengurangi uluhiyah, karena syirik
itu adalah: Menyamakan
selain Allah dengan Allah, dalam hal yang merupakan bagian
dari sifat Allah.
Bagaimana syirik itu bukan dosa
terbesar dalam mendurhakai Allah, sedangkan syirik berarti menjadikan sekutu
bagi Allah dalam menyembah (beribadah) kepadaNya;
padahal Dia telah menjadikan segalanya ada dari yang semula tidak ada, serta telah memberikan segala kenikmatan?!!.
Syirik itu terbagi menjadi tiga macam:
1. Syirik Akbar, 2. Syirik Ashghar,
dan 3. Syirik Khafi.
Namun Ibnul Qoyyim berpendapat hanya ada dua macam:
Syirik Akbar dan Syirikk Ashghar.
Pertama : Syirik Akbar
Dosa syirik akbar itu tidak
akan diampuni oleh Allah keculai
dengan jalan bertaubat. Pelakunya jika akan
kekal di dalam nar selama-lamanya
Allah Jalla. wa 'Ala
berfirman:
إِنَّ
اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
"Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari ( syirik) itu,
bagi siapa yang dikehendakiNya.
Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar" (An-Nisaa' : 48).
Allah Ta' ala juga berfirman:
وَمَنْ
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ
تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
"Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka
adalah ia seolah-olah jatuh dari langit
lalu disam bar oleh burung,atau d_iterbangkan angin ke tempat
yang. jauh" (Al-Hajj :31)
Oleh karemi itu kaum musyrikin, dari
kalangan penyembah kubur dan lainnya,
mengatakan kepada ilah-ilah mereka ketika mereka berada di dalam nar:
تَاللَّهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلالٍ
مُبِينٍ (97) إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ(98(
"demi Allah: sungguh kita dahulu (di
dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kamu dengan Rabb semesta alam". (As-Syu'ara' :
97-98)
Mereka memang tidak
menyamakan ilah-ilah itu dengan Allah dalam hal mencipta, memberi rizki,
menghidupkan ataupun mematikan, hanya saja
kaum musyrikin itu menyamakan ilah-ilah mereka dengan Allah dalam masalah
mahabbah (kecintaan) masalah ta'zhim (pengagunggan) yang merupakan salah satu
bentuk qurbah (kedekatan)
yang paling besar dan ibadah yang paling agung. Karena itulah Allah
mencela orang-orang yang tidak mengagungkanNya
dengan berfirman:
مَا لَكُمْ لا تَرْجُونَ
لِلَّهِ وَقَاراً
Mengapa kamu tidak percaya. akarz kebesaran Allah ? "
surat Nuh 13
Syirik akbar itu sendiri.
bentuknya bermacam macam, namun sebenarnya sumbernya kembali pada empat
macam syirik yang akan kami sebutkan
secara global dengan
sedikit keterangan agar tidak terlalu berkepanjangan meskipun
sebenarnya berpanjang lebar dalam
masalah ini tentu lebih baik
dan lebih pas. Namun mengingat masih kurangnya minat dalam menelaah buku tebal maka kami
cukupkan untuk menulis secara ringkas, asalkan
dapat membawa manfaat.
l. Syirkud-Da'wah
(Syirik Doa)
Dalilnya adalah firman
Allah Ta'ala:
فَإِذَا
رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ
إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
"Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo' a kepada Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya; maka tatkala Allah nienyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka
(kembali) mempersekutukan (Allah),"
(Al-Ankabut: 65).
Syaikh -Rahimahullah- mengatakan dalam kitab
""Al-Qawa'id al Arba'ah'': "Kaedah yang empat: Bahwasannya kaum musyrikin di zaman
kita sekarang ini lebih parah
kemusyrikannya dari pada kaum musyrikin
zaman dahulu. Sebab, kaum musyrikin zaman
dahulu itu berbuat syirik dalam keadaan lapang dan berbuat ikhlas (memurnikan tauhid -pent) dalam keadaan terjepit. Sedangkan kaum musyrikin Zaman kita sekarang ini tetap saja selalu
berbuat kemusyrikan dalam keadaan lapang maupun susah."
Dalam bagian mukadimah kitalb
tersebut, syaikh juga mengatakan
syirik-syirik itu merasuk ke dalam ibadah; maka
ibadah tersebut menjadi rusak
(batal), seperti batalhya keadaan suci (thaharah) bila seseorang kemudian
berhadats. Jika anda sudah mengerti
bahwa syirik itu apabila mencampuri
ibadah pasti merusakkan ibadah tersebut,
menggugurkan amalan dan pelakunya
akan menjadi bagian dari orang-orang yang kekal
di dalam nar, maka tentunya andapun mengerti bahwa masalah
paling penting yang harus anda ketahui
adalah masalah itu. Mudah-mudahan
Allah berkenan menyelamatkan anda
dari "perangkap" ini,
yaitu syirik kepada Allah."
2. Syirkun-Niyyat wal-Iradah wal-Qashd
(Syirik Niat, Kehendak
dan Tujuan)
Dalilnya adalah firman
Allah :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ
إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ
لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ
مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ(16)
"Barangsiapa
menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya kami berikan. kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dimia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang
telah mereka usahakdn di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan"
(Hud :15-16)
Al-Allamah Ibnul Qoyyim - Rahimahullah berkata: "Tentang
syirik dalam hal iradah kehendak, keinginan) dan niat,
maka itu merupakan lautan yang
tak bertepi dan jarang sekali
orang yang dapat selamat darinya.
Batangsiapa dalam melakukan amal perbuatan berkehendak atau berkeinginan untuk
ditujukan kepada selain Allah, dan meniatkan perbuatan itu selain mendekatkan diri kepadaNya serta
menuntut ganjaran dari amal perbuatan
itu, maka ia berarti telah berbuat syirik dalam
hal niat
dan kehendaknya."
Syirik niat
ini dikategorikan sebagai syirik
akbar manakala amalan seseorang itu seluruhnya diniatkan untuk selain Allah. Berbeda dengan riya' yang merupakan syirik ashghar. Insya Allah
pada bagian yang akan
datang akan ada penjelasannya tersendiri.
3. Syirkut-Tha'ah (Syirik Ketaatan).
Yaitu
mentaati para pendeta dan rahib
dalam bermaksiat (durhaka) kepada Allah
Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman:
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ
أَرْبَاباً مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إلا لِيَعْبُدُوا
إِلَهاً وَاحِداً لا إِلَهَ إلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ(31)
"mereka menjadikan orang-orang alimnya
dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, dan (juga mereka
menjadikan Rabb ) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang
berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (At-Taubah : 31).
Di antara riwayat hadits yang n:tenafsirkan dan menjelaskan ayat ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan perawi lainnya, dari Adiy bin Hatim bahwa ia pernah mendengarkan'Nabi
membaca ayat ini: "Mereka
menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah....... dst." maka aku
(Adiy bin Hatim) berkata kepada beliau:
"Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka!" Beliau kemudian bersabda:
"Bukankah mereka itu mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah,
lalu kalian ikut pula mengharamkannya, dan mereka juga menghalalkan apa yang telah diharamkan
oleh Allah, lalu kalian ikut pula menghalalkannya" Saya jawab: "Ya" Beliau
bersabda "Demikian itulah penyembahan mereka". sanad hadits
ini dha'if, akan tetapi memiliki syahid
(bukti penguat) berupa hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir dalam jami’ul bayan juz 10/114
secara mauquf melalui jalur Habib bin
Abi Tsabit, dari Abu AI-Bukhturi,
dari Hudzaifah. Mengenai keshahihannya memag
masih diperselisihkan, akan tetapi penafsiran ayat sebagaimana tersebut,
cukup terkenal dikalangan ahli
tafsir dan tak ada yang menolaknya.
Syaikhul Islam Ibnu 'taimiyyah -Rahimahullah berkata :
"Orang-orang yang menjadikan orangorang alim dan rahib-rahib
mereka sebagai tuhan itu dengan cara
mentaati mereka dalam menghalalkan apa
yang diharamkan oleh Allah
dan dalam mengharamkan apa yang
di halalkan oleh Allah terklasiflkasikan menjadi dua golongan
yaitu :
Pertama :
mereka mengetahui bahwa para alim
dan rahib-rahib itu
mengganti agama Allah, lalu rnereka mengikutihya, sehingga mereka berkeyakinan bahwa penghalalan terhadap apa yang
diharamkan oleh Allah serta pengharaman apa yang dihalalkan olehN yaitu
dalam rangka mengikuti pemimpinpemimpin
mereka, dengan menyadari dan mengetahui bahwa mereka itu telah menyelisishi agama para rasul.
Ini merupakan kekufuran. Bahkan
Allah dan RasulNya menyatakannya sebagai bentuk syirik, mereka itu tidak
melakukan shalat dan sujud kepada para alim dan rahib-rahib itu. Dengan demikian, siapa
Saja yang mengikuti orang lain dalam
menyelisihi agama -padahal ia
tahu bahwa hal itu bertentangan
dengan agama, serta meyakini bahwa apa yang
dikatakan oleh orang lain itu bukan perkataan Allah dan
RasulNya, maka ia menjadi seorang
musyrik seperti mereka
( yang dikisahkan oleh Allah
dalam ayat di atas -pent.).
Kedua : Jika keyakinan dan kepercayaan mereka terhadap pengharaman yang haram dan penghalalan yang halal itu
tidak berubah , akan tetapi
mereka mentaati para alim
dan rahib-rahib mereka dalam mendurhakai Allah, sebagaimana seorang muslim yang melakukan suatu kemaksiatan yang tetap ia yakini sebagai suatu kemaksiatan,
maka mereka itu dihukumi sebagai pelaku
dosa" Majmu' al-Fatawa, VII : 70
4. Syirkul-Mahabah
(Syirik Cinta)
Dalilnya adalah
firman Allah Ta'ala :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَاداً
يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah" (Al-Baqarah : 165).
Orang musyrik itu - karena
kejahilannya mengenai Rabbnya akan anda
dapati mencintai ilah-ilah yang berupa berhala dan selainnya sebagaimana ia
mencintai Allah, dan bahkan
lebih dari itu. Jika
ilah-ilah itu disakiti, maka ia akan marah
demi iiah-ilah itu dengan kemarahan yang lebih besar
daripada kemarahannya karena
Allah.
Ia pun akan
bergembira demi ilah-ilah itu
dengan kegembiraan yang
tidak sebagaimana kegembiraanya karena
Allah.
Allah
Ta'ala berfirman:
وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ
اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ
مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
dan apabila nama Allah saja yang disebut, kesallah hati
orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama
sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati''
(Az-Zumar : 45)
Al-Allamah Ibnul-Qoyyim -Rahimahullah berkata: "Ada
empat macam bentuk mahabbah yang harus dibedakan antara satu sama lain, karena
orang yang tidak dapat membedakannya pasti tersesat.
Keempat macam mahabbah
itu adalah : Pertama : Mahabatullah
(Mencintai Allah)
Mahabbatullah saja
tidak mencukupi untuk dapat
selamat dari adzab Allah dan beruntung
meraih pahalaNya. Sebab, kaum
musyrikin, para penyembah salib (kaum Nasrani), kaum Yahudi dan
elain merekapun mencintai Allah
juga.
Kedua : Mahabbatu ma
yuhibbullah (mencintai apa saja yang dicintai
oleh Allah)
Mahabbah inilah
yang memasukkan seseorang kedalam Islam serta
mengeluarkannya dari kekufuran.
Manusia yang paling
dicintai oleh Allah adalah
orang-orang yang paling hebat
dalam ber- "mahabbatu rna yuhibbullah".
Ketiga : Al-Hubb Liliah (cinta untuk Allah)
dan Al-Hubb Fillah (cinta karena Allah)
Ini merupakan bagian
dari konsekuensi rna
yuhibbullah" itu tidak
akan tegak kecuali
harus dengan "al-hubb lillah" dan "al-hubb fillah"
ini.
Keempat : Al-Mahabbah Ma'allah (Mencintai sesuatu
dan mensejajarkannya dengan kecintaannya
kepada Allah)
Ini merupakan "al-rnahabbah as-syirkiyah (kecintaan
"bercabang", kecintaan "partnerisme atau kecintaan yang bersifat
syirik -pent). Barangsiapa yang ber "mahabbah ma'allah" terhadap
sesuatu (bukannya "lillah'' dan
"fillah") , maka ia
berarti telah menjadikan sesuatu
yang ia cintai selain
Allah itu sebagai "tandingan" (nidd) terhadap Allah. Ini adalah mahabbahnya kaum musyrikin.
Keempat macam syirik akbar diatas dapat
menyebabkan keluarnya seseorang dari Islam. Sebab, kesemuannya itu merupakan
bentuk ibadah, sedangkan memalingkan
ibadah kepada selain Allah itu adalah syirik.
Allah Ta'ala
berfirman:
وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ لا بُرْهَانَ لَهُ
بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
"Dan barangsiapa
rnenyembah ilah yang lain di sarnping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu,
rnaka sesungguhnya perhitungannya di
sisi Rabbnya. Sesungguhgnya
orang-orang yang kafir itu tiada beruntung" (Al-Mukminun : 117).
Allah menamakan mereka sebagai orang-orang kafir, karena
mereka berdo’a kepada ilah lain disamping berdo’a kepada Allah ta’ala
Diantara bentuk syirik
akbar lainnya adalah penyembelihan
(kurban) untuk selain Allah. Sebab, penyembelihan untuk Allah
merupakan salah satu bentuk qurban (pendekatan diri), kepada Allah, bahkan
termasuk bentuk qurban yang paling
tinggi.
Allah Ta'ala berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Maka dirikanlah shalat
karena rabbrnu; dan berkorbanlah"
(Al-Kautsar : 2).
Juga firmanNya:
إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ
''Katakanlah sesungguhnya shalatku, sernbelihanku (kurban),
hidupku dan rnatiku hanya untuk Allah, Rabb sernesta alarn". (Al-An'am :
162).
Siapa saja yang menyembelih
untuk para wali, atau untuk
berhala, atau untuk jin -seperti
yang dilakukan oleh kebanyakan orang
jahil yang tinggal di negeri-negeri Selatan dan disebagian dari pinggiran
kota Mekah ketika
menempati rumah, maka berarti telah keluar dari
Islam dan beralih memasuki
wilayah kekufuran dan. kesesatan
disebabkan karena ia telah memalingkan ibadah yang termasuk ibadah yang
paling agung- kepada selain
Allah.
Contoh syirik
akbar lainnya adalah
bemadzar untuk selain Allah. Ini merupakan
syirik akbar, karena nadzar itu adalah
ibadah, sebagaimana dikatakan oleh Allah:
يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وقال-تعالى-:
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ نَفَقَةٍ أَوْ نَذَرْتُمْ مِنْ نَذْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُهُ
"Mereka menunaikan nadzar
..." (Al-Insan: 7), dan juga
firmanNya: "Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu
nadzar.kan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya" (Al Baqarah : 270)
Maka, barangsiapa yang bernadzar untuk seorang wali dengan
menyalakan lilin atau mempersembahkan sembelihan dan barang apapun, maka ia berarti telah menaggalkan
ikatan Islam dari lehernya, karena
nadzar itu hanya dibolehkan untuk Allah.
Memalingkan nadzar untuk selain Allah berarti menjadi pembatal
ke-Islaman yang diwahyukan oleh Allah kepada Muhammad Nadzar yang dilakukan oleh para penyembah kubur untuk seseorang
yang mereka yakini
dapat menimpakan mudharat
dan dapat pula memberikan manfaat (keuntungan), maka itu
merupakan syirik akbar yang dapat menyebabkan pelakunya keluar dari Islam.
Orang yang menyatakan bahwa hal itu hanyalah
syirik ashghar, maka jelas keliru, dan menyatakan sesuatu yang tidak ada.
dasamya yang benar. Allah-lah tempat
memohon pertolongan, dan padaNya tempat bersandar. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah
Contoh lainnya adalah
ber-isti'anah dan "istighatsah" kepada selain
Allah. Ini adalah syirik.
Kedua : Syirik Ashghar
Pelakunya jika kelak menghadap Allah dengan membawa syririk
ashghar itu, maka -berdasarkan pendapat yang benar- tergantung pada kehendak Allah, jika
Allah menghendaki, maka Dia
dapat mengampuninya dan memasukkannya ke dalam jannah, dan bisa
jadi pula jika
Dia berkehendak dapat mengadzabnya.
Akan tetapi kembalinya tetap ke jannah. Sebab,
syirik ashghar itu
tidak menjadikan pelakunya
kekal di
dalam nar. Akan tetapi ia
menyeret kepada ancaman Allah
(nar) sehingga wajib diwaspadai. . .
Di antara jenis syirik ashghar adalah
bersumpah dengan selain Allah jika tidak bermaksud mengagungkan sesuatu selain
Allah itu. Namun jika ia bertujuan mengagungkannya,
maka hal itu berubah
menjadi syirik akbar.
Nabi telah bersabda:
من حلف بغير الله، فقد كفر أو أشرك* رواه أحمد
"Ba'rangsiapa bersumpah dengan selain" Allah, maka
ia telah kafir atau telah syirik" (HR. Ahmad).
Hadits ini
diriwayatkan oleh Ahmad, Abu
Dawud, At-Tirmidzi, dan Al-Hakim yang sekaligus menshahihkannya dan mengatakan: "Berdasarkan syarat As-Syaikhani
(Al-Bukhari dan Muslim). sementara
Adz-Dzahabi mendiamkannya. Hadits ini berasal dari Ibnu
Umar.
Contoh lainnya adalah mempermudah riya' dan pura-pura
melakukan sesuatu agar diperhatikan orang lain.
Nabi
telah bersabda:
أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر"،
فسُئِل عنه؟ فقال: "الرياء". رواه أحمد
"Sesuatu yang paling sangat aku takutkan menimpa kalian adalah syirik ashghar."
Beliau ditanya mengenai syirik ashghar itu, lalu beliau menjawab: ia adalah riya'" Hadits
ini diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya
dengan sanad hasan yang berasal
dari hadits Mahmud bin Labid.
Jika
syirik ashghar itu dikhawatirkan oleh beliau kalau-kalau menimpa para
sahabat yang hidup bersama Nabi
dan mendapati turunnya wahyu,
maka tentunya terhadap selain mereka
jauh lebih dikhawatirkan oleh beliau, yaitu terhadap orang yang sedikit ilmunya dan lemah imannya.
Semua muslim tidak bisa selamat dari perbuatan syirik kecuali
dengan berbuat ikhlash (memurnikan ibadah) kepada Allah dan mencukupkan diri
untuk hanya mengikuti Rasululah
Ketika Al-Allamah Ibn al-Qoyyim
-Rahimahullah mengutarakan tentang syiriknya para penyembah matahari dan bulan, para
penyembah api dan lain lainnya, beliau menyatakan syirik dalam hal ibadah, maka ia lebih
mudah (gampang terjadi) dan lebih
ringan dibanding dengan syirik diatas. Syirik
ini datang dari orang yang meyakini bahwa tiada ilah selain Allah, dan
meyakini pula bahwa tidak ada
yang dapat menimpakan madharat, dan
tidak ada yang memberi manfaat, tidak ada yang
dapat memberi serta tidak ada
yang dapat menghalangi kecuali hanya
Allah. Ia juga meyakini bahwa tiada ilah dan tiada rabb selainNya. Akan tetapi dalam melakukan muamalah maupun
ubudiyahnya, ia tidak mengkususkannya hanya untuk Allah, tetapi terkadang ia
berbuat ditujukan untuk kepentingan dirinya, terkadang untuk menuntut dunia;
terkadang untuk meraih ketinggian, kedudukan dan kehormatan di mata manusia lain; sehingga sebagian dari amal maupun usahanya itu ada
yang di tujukan untuk Allah, ada yang ditujukan buat diri dan hawa
nafsu nya, ada yang ditujukan untuk setan dan
ada pula yang diperuntukkan buat manusia lainnya. Ini merupakan keadaan
kebanyakan manusia.
Kesyirikan semacam inilah yang pernah disinyalir oleh Nabi dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya
الشرك في هذه الأمة أخفى من دبيب النملة". قالوا: كيف ننجو
منه يا رسول الله؟! قال: "قل اللهم إني أعوذ بك أن أشرك بك وأنا أعلم، وأستغفرك
لما لا أعلم". فالرياء كله شرك.
Syirik yang terjadi pada ummat ini lebih tersembunyi dari
pada seekor semut yang merayap".
Para sahabat bertanya: "Bagaimana
kami dapat selamat darinya, ya
Rasulullah?" Beliau menjawab:
"K.atakanlah: Ya Allah, sesungguhnya .aku berlindung kepadaMu dari
perbuatan mensekutukanMu, yang aku tidak
tahu; dan aku mohon ampun kepadamu mengenai apa yang aku tidak tahu!" (HR.
lbnu Hibban).
Jadi, segala jenis
riya' itu termasuk perbuatan syirik.
Allah Ta'ala berfirman:
قال-تعالى-: (قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى
إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
"Katakanlah:"Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia
seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:"Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu
adalah Ilah Yang Esa ". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan rabbnya . maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh
dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpwi dalam beribadat kepada
Rabb-nya" (Al-Kahfi : 110).
Maksudnya sebagaimana Ia adalah Ilah yang Esa, tiada ilah lain selainNya, maka demikian pulalah seharusnya
peribadahan itu hanya untukNya saja. Sebagaimana Ia sendiri saja yang berhak
menyandang hak ilahiyah, maka wajib pulalah hak ubudiyah hanya diperuntukkan bagiNya
saja. Yang namanya amal saleh itu
adalah amalan yang "kosong" (terbebas) dari riya'
'dan terikat dengan sunnah.
Di antara doa
yang pernah dipanjatkan oleh Umar
bin Al-Khatthab adalah:
اللهم اجعل عملي كله صالحاً، واجعله لوجهك خالصاً، ولا تجعل
لأحد فيه شيئاً
"Ya Allah, jadikan lah amalku seluruhnya saleh, dan jadikanlah ia ikhlash (murni) untukMu, dan jangan Engkau
jadikan amalanku itu untuk seseorang, sedikitpun!"
Syirik dalam ibadah
ini dapat membatalkan (menggugurkan) pahala
amal, dan bahkan kadang dapat dijatuhi hukuman jika amal itu
amal yang wajib. Orang yang
melakukan amalan dengan riya` disamakan kedudukannya dengan orang yang belum mengerjakan amalan, sehingga ia dapat dijatuhi hukuman
atas tindakan meninggalkan perintah. Sesungguhnya Allah Ta'ala hanya
memerintahkan untuk beribadah kepadaNya dengan ibadah yang murni
(khalis/ikhlas).'
وَمَا أُمِرُوا إلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
حُنَفَاءَ
Allah Ta'ala
berfirman: "Padahal mereka tidak
disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan me murnikan keta'atan kepada-Nya. dalam(menjalankan) agama yang
lurus...". (Al-Bayyinah : 5).
Barangsiapa yang tidak memurnikan ibadahnya kepada Allah saja,
maka ia berarti belum mengerjakan apa
yang telah diperintahkan oleh Allah kepadanya.
Bahkan yang ia lakukan itu merupakan sesuatu yang tidak diperintahkan kepadanya, sehingga amalan itu
jelas tidak sah dan tidak akan diterima.
Allah Ta' ala mengatakan
yang disebutkan dalam hadits qudsi-:
أنا أغنى الشركاء فمن عمل عملاً أشرك معي فيه غيري، فهو للذي
أشرك، وأنا منه بريء
" Aku
adalah sekutu yang paling tidak memerlukan sekutu. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan dengan dicampuri tindakan
mensekutukanKu dengan selainKu, maka
amalannya itu buat yang ia persekutukan itu, dan Aku berlepas diri
darinya." (HR. Muslim dan Ibnu Majah).
Syirik dalam bentuk seperti ini ada yang terampuni dan ada juga yang tidak terampuni. (Sampai di sini
penjelasan dari lbhu-Qoyyim).
Amalan yang dikerjakan
demi selain Allah itu terbagi menjadi
dua macam:
Pertama: Memang semata-mata (murni) riya', sehingga pelakunya itu hanya
menginginkan hal duniawi, atau
agar dilihat (dinilai) oleh
orang lain. Riya' jenis ini adalah
seperti riya'nya kaum munafik yang disinyalir oleh Allah Ta'
ala dengan firmanNya:
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاؤُونَ
النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إلا قَلِيلاً
"Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri
dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali" (An-Nisaa' :
142).
Amalan seperti ini
sudah tak diragukan lagi pasti sia-sia,
dan pelakunya berhak mendapatkan kemurkaan dari
Allah falla wa 'Ala.
Kedua: Amalan itu
dikerjakan untuk Allah, namun dicampuri oleh riya'. Dan ini terbagi
menjadi dua kategori :
a. memang dari pangkalnya dicampuri oleh riya', dan .
b. secara tiba-tiba
muncul unsur riya'nya.
Untuk jenis yang pertama
(a), maka amalannya jelas sia-sia dan
tak akan diterima. Dalilnya adalah hadits yang
dikeluarkan oleh Muslim
dalam kitab "Shahih"nya
dari sahabat Abu Hurairah bahwa ia
berkata: Rasulullah bersabda: Allah
Ta'ala berfirman:
أنا أغنى الشركاء فمن عمل عملاً أشرك معي فيه غيري، فهو للذي
أشرك، وأنا منه بريء
" Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan
sekutu .Barangsiapa
mengerjakan suatu amalan dengan dicampuri tindakan mempersekutukanKu dengan selainKu, maka Aku tinggalkan ia dan
Aku tinggalkan pula (tidak Aku terima) amal syiriknya itu."
Adapun jika riya' itu
muncul dengan tiba-tiba (yang sebelumnya tiada niat riya') dan
terurai bersamanya, maka sebagian ulama menyatakan bahwa hal itu
dapat menggugurkan amalan itu seluruhnya. Namun Ulama lainnya menyatakan: Jika amalan itu
terurai bersama riya' itu, maka
pelakunya tetap memperoleh pahalala atas keikhlasannya dan sekaligus mendapatkan pula tanggungan (dosa)
atas riya'nya. Dan jika ia berusaha
keras memerangi dan menolaknya,
maka ia mendapatkan bagian dari
firman Allah Ta'ala:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ
الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى(41)
"Dan adapun orang'-orang yang takut kepada kebesaran
Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya jannah
adalah tempat tinggalnya." (An-Naziat: 40-41).
Mengenai seorang yang berjihad fi sabilillah dan ia
punya niat untuk mendapatkan ghanimah,
maka dalam menilai masalah ini para ulama berbeda pendapat.
lbnul-Qoyyim -Rahimahullah- dalam kitab "I’lamu al-Muwaqi'in''
(II : 163) mengatakan: "Ini adalah seperti seorang yang menunaikan shalat
karena upah. Dia, seandainya tidak mengambil upah iapun tetap shalat akan tetapi
ia menunaikannya untuk Allah dan juga
demi upah. Juga seperti orang
yang menunaikan haji agar gugur kewajiban haji itu atas dirinya
dan agar dikatakan bahwa si Fulan
telah haji, atau telah
menunaikan zakat dan sebagainya. Yang semacam ini amalnya
tidak diterima."
Sementara itu lbtm Rajab
-Rahimahullah mengatakan: "Hal
itu menyebabkan pahala jihadnya
berkurang, dan tidak menyebabkan gugurnya pahala itu seluruhnya."
Beliau
-Rahimahullah- juga mengatakan ( jami’ul ulum walhikam hal 15) :
"Telah kami sebutkan pada bagian
yang lalu beberapa hadits yang menunjukkan bahwa orang yang dalam jihadnya menginginkan nilai-nilai
duniawi, maka ia tidak memperoleh pahala, selama ia tidak memiliki
tujuan lain dalam jihadnya
itu melainkan duniawi."
Bertolak dari sini, maka di sana
terdapat perbedaan antara orang yang berjihad demi gelar dan pahala dengan orang yang berjihad demi ghanimah dan pahala.
Untuk
model yang pertama, telah disebutkan dalam hadits Abu
Umamah yang diriwayatkan oleh An-Nasa'I dengan
sanad hasan
أن رجلاً أتى النبي صلى الله
عليه وسلم فقال: يا رسول الله! أرأيت رجلاً غزا يلتمس الأجر والذكر؟ فقال النبي صلى
الله عليه وسلم: "لا شيء له", فأعادها عليه ثلاث مرات. يقول له رسول الله
صلى الله عليه وسلم:"لا شيء له". ثم قال: "إن الله لا يقبل من العمل
إلا ما كان خالصاً وابتُغِىَ به وجهه".
bahwa seorang lelaki datang menghadap
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya: "Ya Rasulullah, bagaimana
pendapat engkau mengenai seseorang yang
berperang demi mencari pahala dan pujian
(manusia)?", Nabi menjawab:
"Ia tidak memperoleh
apa-apa!" orang itu mengulang
pertanyaannya sampai tiga kali; dan Rasulullahpun
tetap menjawab: "Tiada pahala
apapun untuknya", selanjutnya beliau bersabda: " Sesungguhnya Allah
tidak akan menerima amalan kecuali
jika amalan itu ikhlas
dan yang dicari
dengan amalan itu adalah "wajah" (keridhaan) Allah.’’
Tentang yang kedua, persoalan ini baru saja kita
bicarakan sebelumnya. Wallahu 'alam