PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

Sabtu, 29 Januari 2011


Secara bahasa terjemah bermakna penjelasan atau keterangan

Dan secara istilah terjemah bermakna: mengungkapkan perkataan atau kalimat dengan menggunakan bahasa lain.

Menerjemahkan al-qur'an adalah mengungkapkan makna – makna al-qur'an dengan menggunakan bahasa lain.

Terjemahan ada dua macam, yaitu:

  1. Terjemah harfiah, yaitu terjemahan dengan kata perkata.
  2. Terjemah maknawiyah atau tafsirilah, yaitu mengungkapkan makna perkataan atau kalimat dengan menggunakan bahasa lain tanpa merubah mufrodat ( kosa kata ) dan tartib ( susunan kata ).

Sebagai contoh, firman Allah:

(إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ) (الزخرف:3)

Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).

Maka terjemahan harfiyah adalah dengan cara menerjemahkan kata perkata di dalam ayat ini, menjadi إِنَّا diterjemahkan, kemudian جَعَلْنَاهُ kemudian قُرْآناً kemudian عَرَبِيّاً dan seterusnya.

Adapun terjemah maknawiyahnya yaitu dengan menerjemahkan makna ayat secara keseluruhan tanpa memperhatikan makna kata perkata dan tartib (urutan ) nya, penerjemahan semacam ini lebih dekat kepada makna tafsir ijmali ( umum ).

Hukum terjemah Al-qur'an

Menurut jumhur ulama terjemah al-qur'an secara harfiyah adalah hal yang mustahil, karena dalam metode menerjemahkan semacam ini ada beberapa syarat yang tidak bisa terpenuhi, diantaranya;

a. Harus ada kesesuaian antara kosa kata bahasa asli dengan bahasa terjemahan

b. Harus ada kesesuaian antar perangkat-perangkat makna antara bahasa asli dengan bahasa terjemah.

c. Adanya kesamaan antara bahasa asli dengan bahasa terjemahan dalam hal susunan kata dan kalimat, sifat dan idhofah ( penyandaran ).

Menurut sebagian ulama terjemah harfiah ini dapat diterapkan pada sebagian ayat atau semisalnya. Akan tetapi meski demikian tetap diharamkan, karena terjemah harfiah itu tidak mungkin dapat mengungkapkan makna secara sempurna dan tidak bisa memberi pengaruh jiwa seperti pengaruh al-qur'an yang berbahasa arab, dan tidak ada hal yang mendesak untuk menggunakan terjemah secara harfiah, karena sudah cukup dengan terjemah secara maknawiyah.

Berdasarkan uraian di atas , meskipun dirasa memungkinkan menggunakan terjemah harfiah pada sebagian kata, namun hal itu tetap juga terlarang secara syar'i, kecuali untuk menerjemahkan suatu kata yang khusus dengan bahasa orang yang diajak bicara supaya dia memahaminya, tanpa menerjemahkan seluruh susunannya, maka hal ini diperbolehkan.

Adapun menerjemahkan al-qur'an secara maknawiyah, maka hal itu diperbolehkan, karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hal tersebut. Dan terkadang hal itu justru menjadi wajib ketika menjadi washilah (perantara) untuk menyampaikan al-qur'an dan islam kepada orang-orang yang tidak bisa berbahasa arab, karena menyampaikan hal itu adalah wajib,

وما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب

segala sesuatu yang tidak akan menjadi sempurna kecuali dengannya, maka ia menjadi wajib hukumnya.

Akan tetapi diperbolehkannya terjemah al-qur'an secara maknawiyah dengan beberapa syarat berikut:

  1. Tidak menjadikan terjemahan maknawiyah tersebut sebagai pengganti dari al-qur'an, sehingga merasa cukup dengan terjemah maknawiyah saja serta tidak butuh lagi kepada al-qur'an. Oleh karena itu mesti menuliskan al-qur'an dengan bahasa arab, kemudian meletakkan terjemahan tersebut di sampingnya, sehingga kedudukannya seperti tafsir bagi ayat al-qur'an
  2. Orang yang menerjemahkan harus benar-benar menguasai kedua bahasa tersebut., yaitu bahasa asli dan bahasa terjemahan, baik menyangkut lafadz, arti, pola kalimat dan kesesuaian makna dalam kalimat.
  3. Orang yang menerjemahkan harus benar-benar mengetahui makna-makna lafadz syar'i dalam al-qur.an

Dan tidaklah diterima terjemah al-qur'an, kecuali dari orang-orang yang dapat dipercaya untuk melakukannya, yaitu seorang muslim yang istiqomah di dalam agamanya.

***Dinukil dari kitab ushul fi tafsir karya syaikh Muhammad bin sholih al-utsaimin halaman 35-37 terbitan Daru ibnu jauzy tahun 1432 H***

-----------------------------------------------------------

ترجمه القرآن

الترجمة لغة : تطلق على معانٍ ترجع إلى البيان والإيضاح . وفي الاصطلاح : التعبير عن الكلام بلغة أخرى . وترجمة القران : التعبير عن معناه بلغة أخرى والترجمة نوعان :

أحدهما : ترجمة حرفية ، وذلك بأن يوضع ترجمة كل كلمة بازائها .

الثاني : ترجمة معنوية ، أو تفسيرية ، وذلك بأن يعبر عن معنى الكلام بلغة أخرى من غير مراعاة المفردات والترتيب .

مثال ذلك : قوله تعالى : (إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ) (الزخرف:3) فالترجمة الحرفية : أن يترجم كلمات هذه الآية كلمةً كلمة فيترحم (إنا ) ثم (جعلناه) ثم (قرآنا) ثم ( عربيا) وهكذا .

والترجمة المعنوية : أن يترجم معنى الآية كلها بقطع النظر عن معنى كل لكمة وترتيبها، وهي قريبة من معنى التفسير الإجمالي .

حكم ترجمة القرآن :

الترجمة الحرفية بالنسبة للقرآن الكريم مستحيلة عند كثير من أهل العلم ، وذلك أنه يشترط في هذا النوع من الترجمة شروط لا يمكن تحققها معها وهي :

أ- وجود مفردات في اللغة المترجم إليها بازاء حروف اللغة المترجم منها .

ب- وجود أدوات للمعاني في اللغة المترجم إليها مساوية أو مشابهة للأدوات في اللغة المترجم منها .

ج- تماثل اللغتين المترجم منها وإليها في ترتيب الكلمات حين تركيبها في الجمل والصفات والإضافات وقال بعض العلماء : إن الترجمة الحرفية يمكن تحققها في بعض آية ، أو نحوها، ولكنها وغن أمكن تحققها في نحو ذلك - محرمة لأنها لا يمكن أن تؤدي المعنى بكماله ، ولا أن تؤثر في النفوس تأثير القرآن المبين ، ولا ضرورة تدعو إليها؛ للاستغناء عنها بالترجمة المعنوية .

وعلى هذا فالترجمة الحرفية إن أمكنة حسا في بعض الكلمات فهي ممنوعة شرعا ، اللهم إلا أن يترجم كلمة خاصة بلغة من يخاطبه ليفهمها ، من غير أن يترجم كله فلا بأس .

وأما الترجمة المعنوية للقرآن فهي جائزة في الأصل لأنه لا محذور فيها ، وقد تجب حين تكون وسيلة إلى إبلاغ القرآن والإسلام لغير الناطقين باللغة العربية ، لأن إبلاغ ذلك واجب، وما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب .

لكن يشترط لجواز ذلك شروط :

الأول : أن لا تجعل بديلا عن القرآن بحيث يستغني بها عنه ، وعلى هذا فلا بد أن يكتب القرآن باللغة العربية وإلى جانبه هذه الترجمة ، لتكون كالتفسير له .

الثاني : أن يكون المترجم عالميا بمدلولات الألفاظ في اللغتين المترجم منها وإليها، وما تقتضيه حسب السياق .

الثالث : أن يكون عالما بمعاني الألفاظ الشرعية في القرآن . ولا تقبل الترجمة للقرآن الكريم إلا من مأمون عليها ، بحيث يكون مسلما مستقيما في دينه .

الكتاب : أصول في التفسير المؤلف :شيخ محمد بن صالح العثيمين\ص35-37