JANGAN CEPAT MENAMPIK SESUATU SECARA UMUM

Sabtu, 26 Oktober 2013

Sebagian orang diuji dengan masalah ini. Syaikhul Islam menyebutkan, pengetahuan manusia tentang apa yang ia ketahui lebih banyak daripada pengetahuannya terhadap apa yang tidak ia ketahui.

Maksudnya, seandainya Anda menghitung apa yang Anda ketahui, niscaya Anda bisa mengatakan saya mengetahui ini dan itu. Namun Anda tidak bisa mengatakan, saya tidak mengetahui ini dan itu. Sebab ilmu Anda jika ditinjau dari apa yang Anda miliki termasuk kebodohan yang ringan. Karenanya, jangan cepat cepat menafikan secara umum (mutlak). Misalnya, menafikan perkataan dari seorang ulama, menafikan periwayatan sebuah hadits, atau keshahihan sebuah hadits.

Saya akan membawakan contoh dari ulama yang namanya memenuhi kitab hadits, yaitu IMAM AZ-ZUHRI. Jika Anda membuka lembaran-lembaran Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim juga kitab induk hadits yang enam, niscaya Anda akan mendapati nama Imam ini berkali-kali disebutkan.

Ibnu Asakir, pengarang kitab Tarikh ad-Dimasyqi menyebutkan bahwa az-Zuhri pemah mengalami kejadian langka dalam masalah ini. Az-Zuhri berkata: "Kemudian pemberi nasihat itu menyebutkan satu hadits. Saya
pun berkata padanya bahwa hadits ini tidak pemah diriwayatkan
dalam Sunnah Nabi. Pemberi nasihat itu duduk lalu seorang pemuda berdiri dan berkata,

"Wahai Imam!" Saya menyahut,
''Ya."
Pemuda itu bertanya, "Apakah Anda menghapal sunnah (hadits) semuanya?"
Saya jawab, "Tidak."
Apakah Anda menghapal dua pertiganya?"
"Tidak."
"Apakah Anda menghapal setengahnya?"
"Tidak."
Ia kemudian berkata, "Anggap saja Anda menghapal setengahnya dan jadikan hadits yang disebutkan oleh syaikh (pemberi nasihat) tadi termasuk setengah dari apa yang tidak Anda hapal."
Az-Zuhri pun terdiam dan mengakui kekuatan hujjah pemuda itu. (Biografi az-Zuhri dalam Tarikh ad-Dimasyqi, him. 154. Lihat juga: Tadrib ar-Rawi, as-Suyuthi. Beliau telah menyebutkan cerita ini secara lengkap)

Jangan Anda katakan di tengah forum atau majelis bahwa hadits ini tidak pemah diriwayatkan dalam sunnah, atau hadits ini tidak shahih dari Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam. Bisa jadi Anda telah berdusta atas Nabi

Saya ingat ketika dahulu berada di Mina dalam suatu majelis bersama yang mulia Syaikh Muhammad Nashirudin al Albani rahimahullah
Yaltu pada muslm haji tahun 1398 H dalam kemah beliau di Mina

Salah seorang dari mereka (orang-orang yang hadir) bertanya. Dalam pertanyaan itu, ia mendhaifkan suatu hadits secara mutlak. Ia berkata bahwa hadits ini tidak mempunyai sanad yang shahih, atau ungkapan sejenisnya.

Syaikh al-Albani berkata, "ADAPUN PERKATAANMU (TIDAK ADA JALAN YANG SHAHIH) BISA JADI MERUPAKAN KEBOHONGAN ATAS NABI. Sebab mungkin saja hadits ini mempunyai sanad shahih yang tidak engkau ketahui, sehingga perkataanmu yang menafikan secara umum ini berarti mendustakan sabda Nabi.

Jika engkau harus mengatakan hal tersebut, maka katakan: 'sejauh pengetahuan saya'." Demikianlah saya pahami dari perkataan Syaikh al-Albani.

Jadi, jika Anda mencari sebuah hadits dan tidak Anda temui, maka katakan: saya tidak menemukan hadits ini, sejauh penelitian saya. Dengan begitu, Anda selamat dari celaan.

Jika ada orang yang mengingkarimu, maka batasan ini bisa menyelamatkanmu dari cercaan dan celaan. Karena itu Syaikhul Islam menyebutkan, bisa saja sesuatu itu samar bagi orang pintar dan diketahui oleh orang awam.
Kemudian ia membawakan firman Allah dalam surat an-Naml, ketika burung Hudhud yang rendah berdiri di depan seorang Nabi dan raja, seraya berkata,

فَقَالَ أَحَطْتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ (22) النمل

"Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya, dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang
diyakini." (An-Naml: 22)

Jangan cepat-cepat menafikan sesuatu, karena hal ini menunjukkan kesombongan. Katakan dengan sopan sebagaimana ulama dan para pendahulu kita juga mengucapkan dengan santun. Mereka berkata, "INI SEBATAS YANG KAMI KETAHUI."

Dinukil dari: ma’alim fii toriq tholabi alilmi (syaikh abdul aziz bin Muhammad as-sadhan)